Rabu, 06 Juni 2012

ISLAM AGAMAKU - MA'ADH DARUS-SUNNAH

ISLAM AGAMAKU - MA'ADH DARUS-SUNNAH menyalurkan bantuan yang dihimpun dari umat Islam di Jakarta dan sekitarnya. Bantuan dakwah tersebut diangkut oleh PESAWAT HERCULEST .TNI AU.dari BANDARA HALIM menuju MANOKWARI Papua Rabu, (9-2009, dimaksudkan untuk membantu umat Islam di MANOKWARI PAPUA BARAT .

"Alhamdulillah seluruh umat Islam memberikan partisipasi aktif dan positif atas dakwah yang dilakukan MA'ADH DARUS SUNNAH " ucap ketua umum MDS Ustadz MUGHIS AYOMI "Sekarang ini kami berhasil mengumpulkan bantuan yang, subhanallah, begitu banyaknya, sampai harus diangkut delapan truk ke bandara untuk selanjutnya diangkut pesawat Herculest TNI AU. ke Manokwari Papua."
Bantuan itu dalam rangka safari Bhakti Dakwah Silaturahim ke-17 desa di pedalaman Papua. Bantuan diangkut dari gudang MDS di BI dengan delapan truk. Isinya 250 karung pakaian layak pakai, 500 kardus Alquran, iqro, buku-buku, dan majalah, 150 kardus perlengkapan mandi, obat-obatan, 15 mesin jahit, 2 buah genset, 3 buah water torn, 25 gulung karpet masjid, .
mughis bersyukur, karena barang-barang itu sangat dibutuhkan umat Islam di sana. " jumlahnya sangat banyak, sampai dua truk. . Semua bantuan akan kami salurkan ke masyarakat di kampung-kampung d dan muallaf di Papua,'' jelasnya.
Ia menyebutkan, kegiatan ini dalam rangka menyongsong bulan Ramadhan dan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. "Selain menyalurkan bantuan, kita juga memberikan tausiah tentang akidah dan tauhid di beberapa tempat," tuturnya. Bahkan, dia berencana mengirim 12 dai. Mereka adalah mahasiswa yang ingin menjadi kafilan dakwah di Papua selama dua bulan.
Pengiriman 12 dai akan bersamaan dengan peluncuran kapal udara untuk kegiatan dakwah di Nuu War. "Insya Allah mereka akan berangkat bersama kapal yang akan di-launching tidak lama lagi. Barang-barang ini datang lebih awal, kemudian para juru dakwah," ujarnya.
mughis menyebutkan, bantuan dakwah sebanyak itu berasal dari umat Islam. Ada yang melalui majelis taklim, Harian Republika, Daaruttauhid, ada pula yang melalui Ustadz Jefry al bukhori.
Menurut dia, umat Islam di sana masih membutuhkan banyak bantuan. Katanya, "Dulu kami hanya membagikan satu mushaf Alquran ke tiap masjid. Sekarang, kalau bisa, satu keluarga satu Alquran." Menurut dia, kadang mereka berkelahi karena berebutan Alquran, seperti orang berebutan sembako

FAKTOR BENCANA MENURUT AL QUR'AN DAN SUNNAH

Untuk kesekian kalinya kita tertimpa musibah. Secara beruntun, dari Sumatra Barat, Mentawai, banjir Wasior, Gunung Merapi Jogja, dan lain-lain yang sedang mengancam. Bukan hanya ribuan nyawa yang hilang tapi banyak infrastuktur baik rumah, gedung pemerintahan, gedung sekolah dan lain-lain telah hancur. Padahal untuk membangunnya dibutuhkan milyaran bahkan triliyunan rupiah.

Kesekian kalinya pula kita bertanya-tanya, apakah gerangan yang terjadi sehingga sebagian besar bumi Indonesia rawan terjadi gempa dan musibah-musibah yang lain. Konon menurut ahli geologi, bahwa Indonesia pada posisi rawan gempa karena berdiri diatas lempeng tektonik yang bisa bergerak dan bergeser kapanpun. Namun mengapa baru belakangan ini lempeng-lempeng tersebut mudah dan sering bergerak?? Dan mengapa pula gunung-gunung mudah meletus, tsunami yang datang tanpa sinyal dan prediksi??

Kalau toh para ahli atau alat canggih mampu memprediksi terjadinya bencana, lantas apakah mereka juga mampu untuk memprediksi kapan waktu akan terjadinya bencana tersebut. Sekali-kali tidak. Bahkan sungguh mereka pun tidak dapat memprediksi nasib mereka sendiri jika bencana itu datang menimpa mereka.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGUNDANG BENCANA
Merujuk pada al-Qur’an, bencana itu datang karena beberapa faktor, di antaranya adalah:

1. Maraknya “kesyirikan”
Alloh Ta’ala berfirman (surat al An’am: 64-65)

64. Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, Kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."
65. Katakanlah: " dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".(QS al An’am/6:64-65)

Keterangan: azab yang datang dari atas seperti hujan batu, petir dan lain lain. yang datang dari bawah seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya.

Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS ar Ruum/30:42)

2. Kemaksiatan yang merajalela
Firman Alloh Ta’ala (surat ar Ruum/30: 41)

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS ar Ruum/30:41)

Ibnu Katsir menafsirkan: “di laut” maksudnya wilayah yang ada di pesisir laut/pantai. Sedangkan “perbuatan mereka” maksudnya adalah karena banyaknya maksiat yang mereka lakukan. Wallohu A’lam

Juga firman Alloh Ta’ala (surat al Isro’/17: 85)

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu Telah tertulis di dalam Kitab (Lauh mahfuzh) (al Isro’/17:48)

Dan banyak lagi ayat-ayat al Qur’an yang menginformasikan tentang hal ini, termasuk bencana yang menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, Madyan dll karena kemusyrikan, kemaksiatan serta keangkuhan mereka (tidak mau menerima yang haq) padahal telah jelas keterangan yang haq (al-Qur’an) dari Alloh namun mereka lebih memilih kesesatan.

PERZINAAN MERAJALELA

Dan diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat lagi ialah banyaknya perzinaan di kalangan manusia. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa yang demikian itu termasuk tanda-tanda hari kiamat (telah dekatnya hari kiamat). Diriwayatkan dalam Shahihain dari Anas Radhyallahu 'anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya diantara tanda-tanda akan datangnya hari kiamat ialah .... (diantaranya) akan merajalelanya perzinaan". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'il Ilmi wa Zhuhuril Jahli 1:178. Shahih Muslim Kitab Al-Ilm, Bab Raf'il Ilmi wa Qabdhihi wa Zhuhuril Jahil wal Fitani Fi Akhiriz Zaman 16:221]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya (kemudian beliau melanjutkan sabdanya, yang diantaranya) dan akan tersebar padanya perzinaan". [Mustadrak Al-Hakim 4:512. Beliau bersabda, " Ini adalah hadits yang shahih isnadnya, hanya saja Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya". Adz-Dzahabi juga menyetujui perkataan Hakim ini. Dan dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 3:212, nomor 3544 dan beliau tidak menyebut "dan akan tersebar 'fahisyah/ perzinaan].

Dan lebih besar lagi daripada itu ialah menghalalkan zina. Diriwayatkan dalam kitab Shahih dari Abi Malik Al-Asy'ari bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sungguh akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan (menganggap halal) perzinaan dan sutera". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Asyrabah, Bab Majaa-a Fiman Yastahillu Al-Khamra wa Yusammihi bi Ghairi Ismihi 10:51].

Dan pada akhir zaman, setelah lenyapnya kaum mukminin, tinggalah orang-orang yang jelek, yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti himar, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits An-Nawwas Radhiyallahu 'anhu.

"Artinya : Dan tinggallah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti himar. Maka pada zaman mereka inilah kiamat itu datang". [Shahih Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyrathis Sa'ah, Bab Dzikri Ad-Dajjal 18:70].

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda.

"Artinya : Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (dan menyetubuhinya) dan diantara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata. 'Alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini dibalik dinding ini". [Riwayat Abu Ya'la, Al-Haitsami berkata. 'Perawi-perawinya adalah perawi-perawi Shahih'. Majma'uz Zawaid 7:331].

Al-Qurthubi di dalam kitabnya Al-Mufhim Limaa Asykala Min Talkhiishi Muslim, dalam mengomentari hadits Anas di atas mengatakan. "Dalam hadits ini terdapat tanda kenabian, yaitu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan beberapa perkara yang akan terjadi, lalu secara khusus telah terjadi pada zaman sekarang ini".[Fathul-Bari 1:179]

Kalau hal ini telah terjadi pada zaman Al-Qurthubi, maka pada zaman kita sekarang ini lebih banyak lagi, mengingat semakin banyaknya kebodohan (tentang Ad-Din) dan semakin tersebarnya kerusakan di antara manusia.

Andai Kamu Ijinkan

Haruskah aku bertanya kepadamu…?
Pancaran matamu isyaratkan keraguan
tentang kembang dalam genggaman tanganku
dan seberkas asa yang kau titipkan di bahuku

haruskah aku bertanya kepada padang ilalang
yang dulu tersenyum kala kita memadu asmara
ataukah pada sepasang burung pada tebing tebing gunung…tentang makna kasih sayang

Raut wajahmu bagai pancaran bulan sabit…
Yang memendam sejuta gejolak keraguan
apakah hanya kasih yang semakin dalam
apakah hanya karena hilang pendirian…

Rambutmu kusut bagai awan hitam berpencaran
hatimu remuk redam menggulung keindahan
sedangkan rona wajahmu selalu kurindukan
kini rupanya engkau berselisih faham

cobalah berikan aku satu senyum saja…
Akan sirnalah gejolak rasa yang menggelegar
akan musnalah kesengsaraan di hatimu
dan sirnalah kemelut resah melayang bersama awan..

cobalah berikan aku satu pandangan saja..
Engkau akan pelajari tentang makna kehidupan
yang menjadi jalan menempuh rentangan angan
untuk masa yang akan kita perjuangkan…

Aku dan hadirmu di dalam hidupku
tak akan pernah menjadi sebongkah batu
tak seperti gunung gunung dan lautan biru
yang selaras dengan nyanyian nyanyian alam

aku dan hadirmu di kepingan dadaku
akan terus menjadi sepasang insan di bumi ini
menjelajahi ribuan hari bergumul dalam buaian rindu…dan ketulusan rasa hati yang terdalam.

Sabtu, 02 Juni 2012

Ikatan Aqidah dan Ukhuwah Lebih Kuat Dari Ikatan Darah

Bersaudara tak mesti sedarah…
Bersaudara tak harus serumah…
Bersaudara bukan soal daerah…
Karena persaudaraan yg benar adalah atas dasar ukhuwah islamiyyah…
Kita dipersaudarakan oleh Allah yg kita sembah…
Kita bersaudara karena Rasulullah yg menyampaikan hidayah…
Adakah persaudaraan yg lebih indah dari persaudaraan karena Allah?



”sebuas-buasnya harimau tak akan makan anak sendiri.” mungkin kita sudah tidak asing dengan pepatah di atas. Sang raja hutan yang terkenal buas yakni harimau tidak akan memakan anaknya sendiri, bahkan dia akan rela mati-matian untuk melindungi anaknya sendiri. Hal ini seolah menunjukan betapa kuatnya ikatan biologis dari harimau dan anaknya tersebut.

Pun demikian hal nya dengan manusia. Kedua orang tua tentu akan melindungi dan mendidik buah hati mereka agar menjadi manusia yang berguna bagi manusia sekitarnya. Hal ini karena adanya ikatan yang mengikat diantara mereka, yakni ikatan darah, atau ikatan biologis.

Namun, ikatan tersebut bukanlah ikatan yang kuat. Bukanlah ikatan yang sempurna. Bagaimana kita bisa melihat fakta di masyarakat banyaknya anak yang tidak lagi menurut kepada keyakinan orang tuanya ketika dia berpindah keyakinan.

Dalam sirah nabawiyah pun kita bisa melihat bagaimana sahabat yang lebih memilih Islam sebagai aqidah yang mengikat diri mereka, daripada keluarga, meskipun keluarga mereka sendiri bersumpah akan memutuskan silaturahim tali keluarga!

Lihatlah bagaimana sosok mus’ab bin umar sang muqarri’ madinah, yang lebih memilih Islam daripada keluarga nya. Ia rela hijrah ke Madinah, menjadi duta Rasulullah saw untuk menyampaikan risalah Islam di kota tersebut.

Mush’ab bin Umair bukan sembarang lelaki. Ketika di masa jahiliyyah, ia dikenal sebagai pemuda dambaan kaum wanita. Ia adalah seorang pemuda ganteng yang dikenal sangat perlente. Bila ia menghadiri sebuah perkumpulan ia segera menjadi magnet pemikat semua orang terutama kaum wanita. Gemerlap pakaiannya dan keluwesannya bergaul sungguh mempesona. Namun sesudah memeluk Islam, ia berubah samasekali.
Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Demi memandang Mush’ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush’ab memakai jubah usang yang bertambal–tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka – pakaiannya sebelum masuk Islam – tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi. Adapun Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia seraya bersabda : “Dahulu saya lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Atau kita bisa melihat bagaimana kuatnya ikatan yang mengikat antar masing-masing sahabat Nabi Muhammad saw. Lihatlah bagaimana meleburnya sahabat Abu Bakar yang Arab dengan Salman yang berasal dari Persia dengan Bilal yang orang Ethiopia dengan Shuhaib yang berasal dari bangsa Romawi. Mereka menjalin al-ukhuwwah wal mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) yang menembus batas-batas suku, bangsa, warna kulit, asal tanah-air dan bahasa. Itulah ukhuwah Islamiyyah yang terpancar dari ikatan aqidah.

Jagalah Ukhuwah Wahai Para Ikhwah

Namun memang, ada hal yang bisa merusak dan memperlamah ikatan aqidah itu sendiri yakni hilangnya rasa ukhuwah di antara para ikhwah. Hal ini bisa karena faktor urusan personal ataupun hal tehnis. Namun sejatinya, ketika seseorang memahami makna dari sebuah ikatan aqidah itu sendiri maka sejatinya ia faham bahwa ukhuwah merupakan satu diantara pilar-pilar yang memperkokoh ikatan aqidah itu sendiri. Terkadang kita menyaksikan para ikhwah yang saling caci ataupun cerca ketika berdiskusi, yang tadi nya ingin mencari kebenaran maka beralih untuk mencari pembenaran akan pendapat masing-masing.

Dalam diskusi tentang dakwah, berdiskusi dengan harokah dakwah lain. Apakah kita telah berdiskusi secara ahsan? Apakah kita telah berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran, bukan mencari pembenaran? Apakah diskusi yang kita lakukan tidak dalam membuka aib lawan diskusi kita karena telah kalah hujjah? Sebagaimana kata seorang ikhwah :

“ketidakmilikan hujjah seseorang dalam berdiskusi, maka orang tersebut akan akan menyerang dari sisi selain hujjah lawan diskusinya”

Atau tatkala kita membuka aib saudara kita sesama muslim hanya karena faktor ketidaksukaan kita kepadanya. Na’udzubillahi mindzalik.

Ingatlah sabda Nabi kita Muhammad saw: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a].

Hadist diatas menggambarkan kepada kita, bahwa tatkala kita tidak meminta maaf kepada orang yang kita rasa pernah kita sakiti,baik secara fisik maupun non fisik (kata-kata),maka wajiblah kita untuk meminta maaf. Jika tidak, maka kelak semua amal shalih kita akan diambil untuk menghilangkan dosa dari menganiaya tersebut sesuai kadarnya, dan jika kita tidak punya sama sekali amal shalih atau kebaikan, maka kita akan mendapatkan tambahan kejahatan dari orang yang kita aniaya tersebut, sehingga semakin membertakan timbangan dosa kita di yaumul mizan kelak, yakni hari dimana dilakukan pertimbangan amal baik dan buruk.

Semua orang tentu mempunyai aib. Dan tentu pula ia tidak mau orang lain tahu akan aib yang dimiliki. Bisa dibayangkan jika orang tersebut aibnya dibuka oleh orang lain, diceritakan dibelakang dia, atau semisal ditayangkan di televise sebagaimana hiburan infotainment di TV. Padahal Allah SWT menyuruh kita untuk menutupi aib saudara kita sendiri.

“Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (HR Muslim)

Maka, berfikirlah sebelum berkata, berfikirlah sebelum berbuat. Bayangkan bahwa dia adalah kita. Posisikan kita sebagai dia. Posisikan kita yang aibnya di buka ataupun perasaannya di sakiti tatkala kita melontarkan perkataan atau kalimat yang itu membuat hati menjadi tersakiti.

Bagi para hamilud dakwah, berdakwahlah dengan cara yang makruf. Bukan hanya berusaha menjaga perasaan hati para mad’u kita, namun juga menjaga perasaan saudara kita walaupun berbeda harokah dakwah. Berfikirlah sebelum berkata, dan berfikirlah sebelum berbuat.

Dalam sebuah riwayat yangdiketengahkan oleh Imam at-Tirmidzi dijelaskan bahwa kunci untuk meraih keluhuran jiwa adalah menjaga lisan. Mu’adz ra berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah,

“Wahai Rasulullah beritahukan kepada saya amal perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam sorga dan menjauhkan dari neraka?” Beliau bersabda: “Kamu benar-benar menanyakansesuatu yang sangat besar. Sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah SWT, yaitu: Hendaklah kamu menyembah kepada Allah dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatuapapun, mendirikansholat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan berhaji ke Baitullah bila kamu mampu menempuh perjalanannya.”

Selanjutnya, beliau bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah dapat menghilangkan dosa seperti halnya air memadamkan api, dan sholat seseorang pada tengah malam.” Beliau lantas membaca ayat yang artinya, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizki yang telah Kamiberikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam-macam nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Lalu, beliau bertanya kembali, “Maukah engkau aku tunjukkan pokok dan tiang dari segala sesuatu dan puncak keluhuran?” Saya berkata, “Baiklah ya Rasulullah.”
Rasulullah Saw berkata, “Pokok segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncak keluhurannya adalah berjuang di jalan Allah.”

Kemudian beliau bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkantentang kunci dari kesemuanya itu?” Saya menjawab, “Tentu ya Rasulullah.”

Beliau lantas memegang lidahnya seraya berkata, “Peliharalah ini.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, apakah kami akan dituntut atas apa yang kami katakan?” Beliau bersabda “Celaka kamu, bukankah wajah manusia tersungkur ke dalam neraka, tidak lain karena akibat lidah mereka?” [HR. at-Tirmidzi].

Mengambil Ibrah Dari Sahabat Rasulullah saw

Dahulu, dua sahabat Rasulullah saw. pernah bertengkar keras. Abu Dzar al-Ghifari ra. pun sampai kelepasan menyebut Bilal ra. sebagai anak si hitam. Ketika Rasulullah saw. menegurnya dengan keras, barulah Abu Dzar ra. menyesal bukan kepalang, hingga ia taruh pipinya di atas tanah dan minta Bilal ra. menginjak wajahnya asalkan ia bisa memaafkannya. Pada akhirnya Bilal ra. tak pernah menginjak wajah saudaranya, dan cerita itu berakhir dengan bahagia. Hal-hal yang kita anggap konyol, tidak perlu, tidak etis, tidak profesional dan tidak pantas dilakukan oleh para aktifis dakwah pun pernah terjadi pada generasi sahabat Rasulullah saw. Ingatkah bagaimana Nabi Musa as. dikuasai oleh amarah kepada kaumnya hingga ia menarik rambut Nabi Harun as.? Demikianlah amarah sesaat bisa membuat segala bangunan ukhuwwah yang sudah dibangun lama menjadi rusak. Efeknya bahkan bisa menjadi permanen bila tidak segera ditanggulangi.

Sudahkah Anda mendengar kisah pertengkaran dua orang sahabat paling mulia, yaitu Abu Bakar ra. dan ‘Umar ra.? Suatu hari Abu Bakar ra. datang kepada Rasulullah saw. dan langsung duduk merapat dengannya. Ia bercerita bahwa antara dirinya dan ‘Umar ra. baru saja terjadi pertengkaran. Ia terlanjur marah dan kemudian menyesal.

Permintaan maafnya ditolak oleh ‘Umar ra., maka Abu Bakar ra. pun mengadu pada Rasulullah saw. Beliau menenangkan Abu Bakar ra. dengan mengatakan bahwa Allah telah mengampuninya. Setelah Abu Bakar ra. pergi, datanglah ‘Umar ra. menemui Rasulullah saw. yang saat itu sedang menyimpan amarah sehingga nampak jelas pada wajahnya. Beginilah ucapan Rasulullah saw. saat itu: “Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian, dan kalian mengatakan ‘Kamu pendusta’, sedangkan Abu Bakar mengatakan ‘Dia orang yang jujur’, dan dia mengorbankan diri dan hartanya!” Sadarlah ‘Umar ra. akan kesalahannya karena telah memperpanjang perselisihan dengan sahabat yang paling dicintai Rasulullah saw. Setelah itu, Abu Bakar ra. tak pernah disakiti lagi.

Jumat, 01 Juni 2012

RINDU

Di tempat yang indah ini
telah ku titipkan sebuah pesan
pada angin yang sedang bertiup lembut
hanya untukmu seorang

Berharap angin ini dapat membawa pesanku
dan menyampaikannya padamu
segala rindu yang sedang kurasa saat ini
saat kau pergi dariku

Jangan biarkan aku beku
menantimu kembali kesini.
Datanglah bersama hujan ke sini.
Hilangkanlah semua rasa rinduku padamu.

Penantianku seperti tanaman yang terus tumbuh
tanpa ada hentinya.
Aku ingin dapat merangkulmu
dan ingin melipat jalanan
agar jarak tidak bisa lagi memisahkan kita.
Jadilah orang yang selalu ada didekatku.

Minggu, 27 Mei 2012

Sambutlah ‘si CINTA’


Saat malam mulai larut Suasanapun semakin senyap Aku terbujur dalam kekakuan Karena hati terpasung dalam kesepian Kesedihan dengan kesendirian Seakan menggugurkan sejuta harapan Sepinya malam berlalu sudah Pagi datang mengawali hari baru Aku terbangun dari panjangnya malam Perlahan aku bergerak, Berdiri dan kubuka jendela Tersiratlah cahaya mentari pagi Menyinari…… Menghempaskan semua khayalan kepahitan
Memang, Aku harus tetap tegar berdiri Songsong hari yang baru Sambut dengan sesuatu yang indah Wujudkan misteri cita dan cinta
Sambutlah ‘si CINTA’ yang cantik Berikan dia senyum Warnailah hari-hari dengan cinta Kebenderangan Kala malam semakin larut Aku terpaku di dalam kesunyian Terdiam menatap ilusi kesendirian Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma Kedinginan nurani selalu menemani Aku merindu tentang kehangatan Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak Fatamorgana menjauh dari realita Hingga tersingkaplah kebenderangan Makna kedamaian yang hakiki
Arti Cinta Di dalam kedinginan jiwaku Kau hadir mendekap erat kalbuku Dalam kesendirian nuraniku Kau temani aku dengan kemesraan Dalam kegalauan jiwaku Kau hadir untuk menghiburku Dalam kesepian malamku Kau hadir dalam indahnya mimpiku Tiada yang kupikirkan selama ini Kecuali aku merasa berarti bersamamu Kan kuayun langkahku ini Bersama irama kerinduan Kangen khan slalu menyelimuti hatiku Tak ada sesuatu terindah untuku Karena kau segala-galanya bagiku
Arti perasaan Dikala aku merindu Ingin kutulis sejuta syair indah Ingin rasanya aku berkisah Tentang semua kekangenanku
Di saat ini seolah aku sulit mencari Dermaga yang berairkan tinta emas Dan pena antik untuk mengukirnya Aku takut terdampar di pulau sana Yang penuh dengan ketidakpastian
Paradigma ?!!!
Hari demi hari terus berjalan Pergantian waktupun tidak dapat dielakan Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah Sebagai barometer dalam menjalani hidup Menuju sebuah wujud misteri ‘Cita-cita’
Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya Kamu bisa untuk menjalaninya Gapailah semuanya
‘Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri (Kembali kepada fitrah dan kesucian )’ ‘Selamat Ulang Tahun ’ Success for You 
Kujelang….
Pagi yang indah kujelang kembali Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan Hembusan angin menemaniku berjalan Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian Gemersik dedaunan bak irama kehidupan Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan Dalam menggapai makna cita dan cinta Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya Biarkan pergantian hari terus berjalan Karena setiap saat akan selalu kujelang
Bingkai kehidupan Masa demi masa berlalu sudah Kemana kaki jalan melangkah Liku-liku kehidupan mengukir sejarah Kini saatnya berpotret diri Berbenah dari segala keburukan Meningkatkan semua kebaikan Ramadhan sebentar khan tiba Kini saatnya tuk membuka pintu hati Memaafkan semua kehilafan Mari kita sambut dengan gembira Dengan memperbanyak ibadah Tuk menggapai tingkatan taqwa Derajat tertinggi disisi khalik Semoga Allah selalu membimbing kita Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya Amiin
Puisi angin Di kesepian malam aku sendiri Termenung dibawah cahaya rembulan Pucuk-pucuk daun meliuk indah Mengikuti irama angin perlahan
Angin…., Aku hargai kau menghiburku Memang tidak ingin aku berlama-lama Larut dengan gelapnya malam Terombang-ambing oleh kelamnya awan
Angin…., Tolong katakan pada bintangku Aku rindu dan berharap dia hadir disini Dengan segala ketulusan cintanya Ingin aku mengajaknya bernyanyi Menari, berdansa berdua
Angin…, katakanlah padanya Aku perlu belaian sejuta kasihnya Ingin aku menikmati indahnya malam ini Dengan kehangatan peluk mesranya
Angin…, untuk yang terakhir Katakanlah padanya Aku benci dengan kesendirian ini
Kesendirian
Di kesepian malam aku sendiri Fikiran menerawang menjelajah angkasa Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan Beserta gemerlapnya selaksa bintang
Semilir angin berhembus perlahan-lahan Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur Semua gundah dan keresahan hatiku
Ketika malam semakin larut Aku sadari akan kesenmdirianku Semuanya memang penuh ketidakpastian Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini Dengan cinta dan kasih sayang Dimana semuanya serba tulus Dimana semuanya serba ikhlas Dimana semuanya penuh kerelaan Tanpa pamrih dan pengharapan
Kepastain
Ketika kupaksa mata ini terpejam Justru hati terus cerita Bicara tentang kesepian malam Tentang matahari yang telah tenggelam Kesepian adalah pengharapan kasih Sedang tenggelam adalah masa lalu
Saat akhir tidak berarti kebahagiaan Perasaan menjadi terlukakan Khan kucari mutiara ketulusan Kristal mujarab penawar kepedihan Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki Sebelum fajar di ufuk timur menjelang Kupastikan sang dewi adalah penentuan Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini
Cinta Ketika aku datang Di dunia pewayangan cinta Cuma satu yang aku bawa Perasaan kasih di dalam dada Yang bisa merubah satu wacana Menjadi cerita panjang Yang berbelit susah mengambarkannya
Tak ada alasan lain tentang cinta Karena hanya satu yaitu kasih Kecuali hanya mengada-ada Kalau ada aku tak percaya Alasan itu dipaksakan Dan akan aku katakan Sungguh malang nasib mereka Karena tak beda dengan si penjaja
Cinta adalah rindu Yang datang dari dalam kalbu Bisa membawa tentram Dalam merih kedamaian hidup
Kangen
Dalam remang cahaya lilin Sekilas nampak kilauan kasih Memedarkan arti kekelabuan hati Sesaat seolah redup Membisakan harapan cinta dan kerinduan
Dalam dada menyesak arti ketidakpastian Sesekali ingin semua cita teraih Namun, tak dapat menembus batas ruang Yang semakin menjauh
Dikala sekelebat kilat menyala Cahayanya menyilaukan mata Bukan terang yang kuraih Namun kegelapan setelahnya
Hamparan bunga cinta menjadi merana Kedinginan, ingin ada yang memetiknya Dipandang ditaruh dalam vas bunga Walau nantinya layu Namun hidupnya menjadi berarti Menikmati semua tujuan yang dicapai PERJALANAN Saat hujan semakin deras kusuri jalan selangkah demi selangkah Kuraba bajuku yang sudah kuyup serasa dingin udara menusuk sebentar kutoleh kebelakang Terlihat jelas roda sejarah membentang Angin kencang Percikan hujan Halilintar Semuanya adalah terpaan kehidupan Aku berharap reda khan tiba Terang khan menjelma Menjadikan hidup penuh makna

Puisi Jarum Dan Jerami Seandainya kau tak membisu Tentu dengan mudah aku meraihmu Walau begitu, Biarlah kuuji kesabaranku Khan kuambil jerami ini satu-satu Sampai aku dapat menemukanmu Lalu kau rajut kembali kainku Fatamorgana Gelap malam penuh kesunyian Membukakan pintu-pintu ilusi Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa Saat perjalanan adalah perasaan Hati gelisah menjadi tumpuan Perlahan-lahan rasio menjauh Akalpun pergi tanpa berpesan Saat kusadari semuanya Aku terbujur di negeri khayalan Berharap akan fatamorgana
Senyumanmu Aku terbayang akan manisnya senyumanmu Seakan hanya aku yang menikmatinya Namun aku hanya bisa merindu Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ? Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran Dan berlabuh di pantai asmara
Tetapi aku sangat yakin Disana kita khan bercinta Memadu kasih Bercerita tentang hari esok Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu Namun mengapa suara ombak membangunkanku Saat mimpiku menerawang angkasa Menjelajahi ruang-ruang khayalan
Tuhan, mengapa aku ini ? Terlalu menikmati senyuman itu Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu Sampai hatiku bergetar menahan rasa Namun kini khan kubiarkan semua berlalu Terhempas terbawa arus Ke suatu negeri nun jauh disana
SIANG YANG BERLALU Saat mentari mulai tenggelam Sayap malam menutup perlahan Gelap sudah menjelang Panasnya siang jadi terlupakan Semua berlalu Biarkanlah siang ini berlalu
IBU Ibu… Kini aku tahu Kesabaranmu Ketabahanmu Kecintaanmu
Ibu… Kini aku rindu Masakkanmu Senyumanmu Belaianmu
Ibu… Aku tak akan lupa Kebaikkanmu Jasamu Nasehatmu Ibu… Ternyata kau adalah segalanya bagiku Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku BUNGAKU Bungaku… Kala pagi atau sore hari Kau taburkan aroma kasih Membelai kalbu selembut awan putih Membawaku ke alam khayalan indah Penuh kedamaian dan kebahagiaan
Bungaku… Kau laksana dewi kayangan Selalu dipuji setiap orang Sunggingan senyummu tak menjemukan Menggoda mengetarkan hati
Bungaku… Setiap saat aku nantikan Lambaian tanganamu mengajakku Melepas semua kepedihan hidup Menyandarkan semua kesusahan Menuju ketenangan bathin Dalam menikmati hidup ini Perubahan Saat rembulan tertunduk sendu Gema petir menggelegar Awan kaget ikut bermuram Mencucur hujan rintik perlahan Merubah egois yang membatu Menjadikan hati penuh pengharapan Arti Kembali Pohon besar di tanah gersang Saat hujan Menerjang Dia jatuh dengan terlentang Dimakan rayap terlapukkan Jadikan semua tak berdaya Semuanya menjadi satu Tidak terkenali lagi
Puisi Batu Goresan itu Mengukir batu jadi saksi Membisu Dengan satu kalimat Aku cinta kamu !! Penilaian Cinta Dusun yang sepi Ada seorang perempuan tua Dengan suami renta yang buta Seolah mereka tak berdaya Mereka hanya berkebun Itulah kedamaian mereka Kenapa orang hanya menduga Padahal mereka punya cinta Yang tak seorangpun mampu menilainya Terbujur Aku terbujur Di sebuah sudut yang pengap Hanya coro yang menemaniku Dia katakan sesuatu padaku Orang memandang kita hina Tetapi … Bisakah kita katakan Bahwa mereka bijaksana Biarkan mereka menilai kita karena kita adalah kita Kepahitan Pisau menoreh hatiku Melukakan perasaan Menyayat Menjadikan hidup berubah arti Saat takdir itu merenggut Kepahitan adalah realita Kebahagiaan jadi impian Akhirpun tak terelakkan Salam perpisahan Kini, hatiku tergores kesedihan Ketika terucap salam perpisahan Walau air mataku tak berlinang Bukan berarti suatu kerelaan Saat-saat langkah terayun Jarak kita-pun semakin membentang Akankah semuanya jadi terkenang Atau hanyut terbawa gelombang Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini Akan tetap membekas suatu kenangan Kau sungguh baik, supel dan komunikatif Siapapun mengenalmu pasti akan merindu Namun untukku, janganlah kau biarkan Aku terkulai lemas dalam kehampaan Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan Gelisah Gelap malam penuh kesunyian Lamunan jauh menerawang angkasa Membukakan pintu-pintu mimpi Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih Memutar hati menguak arti ilusi Memedarkan beribu warni cahaya Membayang menjauh dari arah cita
Katak merengek ikut meresah Menggugah hati kala gelisah Air hujan menetes berduka Membasah bumi ikut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu Gemercik air melantun irama nan merdu Berhembus angin membelai lembut Gemerisik suara daun menghibur Membangkit menggugah kalbu
Meliuk menari rumput nan ayu Melambai perlahan seolah mengajak Melepas duka menjemput cinta Merayu bernyanyi kerinduan Menyongsong esok akan kebahagiaan
Di Sisi Malam Ketika kabut tersibak Rembulan memancarkan sinarnya Malam yang muram telah berlalu Makna kegelapan menjadi tertampikan Nur kebenaran adalah kebenderangan
Saat kepala makin merunduk Kucium tanah bukti kehinaanku Sebagai tanda Agungnya sang Khalik
Isak tangisan begitu lirih Seirama kidung detak jantung Air mata berderai tak tertahan Mencapai kekhusukan semakin dalam
Saat dingin semakin menusuk Disinilah aku semakin mengenal Tuhan
Aku Tak Ragu Tuhan, Aku yakin dengan segala kasih-Mu Dan aku percaya akan semua sayang-Mu Namun mengapa aku ini ??? Selalu tak tahu diri Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?! Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu Tuhan, Kau pasti selalu mendekapku Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu Apakah aku insan tak tahu balas budi ?! Kurang bersyukur Selalu mencari dan berharap yang lebih Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari Mungkin aku memohon selain kepada-Mu Tuhan, Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu Tentu Engkau mau menerima tobatku Namun aku kadang merasa lain Karena banyak dosa yang kulakukan
Tuhan, Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !! Kini biarlah aku merenungi semuanya Dan akan kucari pintu insyafku Tapi, aku yakin dan tak meragukan Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.
Keagungan Tuhan
Merah merona bola api di atas cakrawala Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan
Sebagai manusia hendaklah bersyukur Ketemu lagi akan hari Setelah sesaat mengunci rasa Melupakan semua problema Kini ditantang perjalanan hidup Membuktikankan semua impian dan harapan Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak Itulah garis takdir Tuhan Semuanya ini perjalanan waktu Manusia hanya bercita Namun begitu, yakinkan diri ini
Hidup ini jangan disia-siakan

Mencintaimu Seperti Mentari


Ketika kamu ingin menjadi bunga
Aku tetap mencintaimu seperti matahari
agar bunga dapat terus hidup dan berkembang
karena aku akan memberikan semua sinarku
untukmu bunga agar kamu tumbuh sebagai bunga yg elok

Walau aku hanya dapat memandang dari jauh
dan pada akhirnya kupu kupu jua yg akan menari bersamamu
Ini disebut kasih yaitu memberi tanpa pamrih.

Ketika kamu ingin menjadi bulan
Aku tetap mencintai seperti matahari
agar kamu dapat terus bersinar indah dan dikagumi.



Cahayamu yang indah
adalah pantulan cahayaku
tetapi saat semua makhluk mengagumimu
tiada seorangpun yang ingat kepadaku T.T

Aku rela memberikan cahayaku untukmu bulan
walaupun aku sendiri tidak bisa menikmati cahayamu
lupakanlah jasaku dan kemuliaanku
walau aku pemberi cahayamu

Aku ingin kamu mendapatkan kemuliaan
Ini adalah bentuk sebuah Pengorbanan
menyakitkan namun sangat layak untuk cinta

Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang
tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari

Aku ingin tetap menjadi matahari
agar kamu sebagai Phoenix bebas untuk pergi
kapan saja kamu mau dan aku tidak akan mencegahnya.

Aku rela melepaskanmu untuk pergi jauh
namun aku akan selalu menyimpan cinta
ini di dalam hatiku cinta karena Tuhanku

Aku selalu ada untuk kamu Phoenix
walau kamu tidak selalu ada untukku
Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix
yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cinta nya.

Ini disebut dengan Kesetiaan
walaupun ditinggal pergi dan dikhianati
namun tetap menanti dan mau memaafkan.


"Sungguh tiada penyesalan untuk mencintai seperti matahari".

TANDA-TANDA ILMU YANG BERMANFAAT

Ilmu yang bermanfaat dapat diketahui dengan melihat kepada pemilik ilmu tersebut. Di antara tanda-tandanya adalah:

[1]. Orang yang bermanfaat ilmunya tidak peduli terhadap keadaan dan kedudukan dirinya serta hati mereka membenci pujian dari manusia, tidak menganggap dirinya suci, dan tidak sombong terhadap orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.

Imam al-Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H) rahimahullaah mengatakan, “Orang yang faqih hanyalah orang yang zuhud terhadap dunia, sangat mengharapkan kehidupan akhirat, mengetahui agamanya, dan rajin dalam beribadah.” Dalam riwayat lain beliau berkata, “Ia tidak iri terhadap orang yang berada di atasnya, tidak sombong terhadap orang yang berada di bawahnya, dan tidak mengambil imbalan dari ilmu yang telah Allah Ta’ala ajarkan kepadanya.” [1]

[2]. Pemilik ilmu yang bermanfaat, apabila ilmunya bertambah, bertambah pula sikap tawadhu’, rasa takut, kehinaan, dan ketundukannya di hadapan Allah Ta’ala.

[3]. Ilmu yang bermanfaat mengajak pemiliknya lari dari dunia. Yang paling besar adalah kedudukan, ketenaran, dan pujian. Menjauhi hal itu dan bersungguh-sungguh dalam menjauhkannya, maka hal itu adalah tanda ilmu yang bermanfaat.

[4]. Pemilik ilmu ini tidak mengaku-ngaku memiliki ilmu dan tidak berbangga dengannya terhadap seorang pun. Ia tidak menisbatkan kebodohan kepada seorang pun, kecuali seseorang yang jelas-jelas menyalahi Sunnah dan Ahlus Sunnah. Ia marah kepadanya karena Allah Ta’ala semata, bukan karena pribadinya, tidak pula bermaksud meninggikan kedudukan dirinya sendiri di atas seorang pun. [2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah membagi ilmu yang bermanfaat ini -yang merupakan tiang dan asas dari hikmah- menjadi tiga bagian. Beliau rahimahullaah berkata, “Ilmu yang terpuji, yang ditunjukkan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah adalah ilmu yang diwariskan dari para Nabi, sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” [3]

Ilmu Ini Ada Tiga Macam:

[1]. Ilmu tentang Allah, Nama-Nama, dan sifat-sifat-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Contohnya adalah sebagaimana Allah menurunkan surat al-Ikhlaash, ayat Kursi, dan sebagainya.

[2]. Ilmu mengenai berita dari Allah tentang hal-hal yang telah terjadi dan akan terjadi di masa datang serta yang sedang terjadi. Contohnya adalah Allah menurunkan ayat-ayat tentang kisah, janji, ancaman, sifat Surga, sifat Neraka, dan sebagainya.

[3]. Ilmu mengenai perintah Allah yang berkaitan dengan hati dan perbuatan-perbuatan anggota tubuh, seperti beriman kepada Allah, ilmu pengetahuan tentang hati dan kondisinya, serta perkataan dan perbuatan anggota badan. Dan hal ini masuk di dalamnya ilmu tentang dasar-dasar keimanan dan tentang kaidah-kaidah Islam dan masuk di dalamnya ilmu yang membahas tentang perkataan dan perbuatan-perbuatan yang jelas, seperti ilmu-ilmu fiqih yang membahas tentang hukum amal perbuatan. Dan hal itu merupakan bagian dari ilmu agama. [4]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah juga berkata, “Telah berkata Yahya bin ‘Ammar (wafat th. 422 H), ‘Ilmu itu ada lima:

(1). Ilmu yang merupakan kehidupan bagi agama, yaitu ilmu tauhid

(2). Ilmu yang merupakan santapan agama, yaitu ilmu tentang mempelajari makna-makna Al-Qur-an dan hadits

(3). Ilmu yang merupakan obat agama, yaitu ilmu fatwa. Apabila suatu musibah (malapetaka) datang kepada seorang hamba, ia membutuhkan orang yang mampu menyembuhkannya dari musibah itu, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu

(4). Ilmu yang merupakan penyakit agama, yaitu ilmu kalam dan bid’ah, dan

(5). Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama, yaitu ilmu sihir dan yang sepertinya.’