Salah satu makna Islam secara etimologi
adalah “berserah diri”. Dalam segala hal, baik di dalam tindakan atau
pemikiran. Maka pantas, keikhlasan jadi pahala yang luar biasa di dalam Islam.
berserah diri bukan berarti pasrah terhadap hidup. Tidak seperti itu. Islam
mempunyai pedoman Al-Quran dan Hadits yang jika Muslim mau menjalankan pedoman
itu, maka dia pasti akan menjadi manusia yang baik dalam segala hal, baik dunia
atau akhirat. Back to topic!
Jika melihat filsafat, maka batasan
berfikir seolah tidak ada. Apapun boleh dipikirkan, dipertanyakan, bahkan dalam
hal yang sangat radikal. Siapa Tuhan, dan kenapa dia ada?
Namun, di dalam Islam. Hal-hal pemikiran
seperti itu, dilarang terjadi pada umatnya. Karena itu riskan menyeretnya dalam
kesesatan. Baik sesat dalam pemikirannya, atau dalam tindakannya sendiri dalam
beragama. Sekali lagi, mau tidak mau, jika sudah masuk ke dalam agama Islam.
kesesatan berfikir, benar-benar hal serius yang harus dijauhi.
Al-Quran yang menginformasikan tentang
keberadaan Wujud Yang Abadi (Allah SWT) yang menciptakan alam semesta sekaligus
yang mengaturnya. Sebetulnya itu sudah merupakan
jawaban dari pertanyaan dari “apakah Tuhan ada? siapakah Tuhan? dan kenapa Dia
Ada?”.
Mungkin, untuk sebagian orang masih tidak
akan membuat puas otaknya jawaban al-Quran pada pertanyaan itu. Kalau bagi
saya, itu sudah cukup dan membuat otak liar saya berhenti menanyakan tentang
sesuatu yang abadi yang mengatur alam semesta ini.
Siapakah Tuhan? Dialah Allah SWT. Kenapa
dia ada? Karena Dia abadi! Nah, keabadian Allah sendirilah sebagai jawaban dari
pertanyaanl itu. Dan menurut saya, akan menghentikan pertanyaan berikutnya.
Kenapa dia ada? Siapa yang menciptakannya? Abadinya Allah SWT adalah jawaban
mutlak bahwa sesuatu yang abadi, tentu tidak harus dipertanyakan bagaimana ia
tercipta, apalagi siapa yang menciptakannya. Karena yang abadi, tidak ada
istilah awal dan akhir! Apakah ada pertanyaan lain?
Jadi keabadian Allah itu yang dijelaskan
di dalam Al-Quran sudah menjawab pertanyaan kenapa dia ada? Darimana dia
berasal? Bagaimana dia tercipta? Nah, kalau sudah tahu jawabannya, kenapa harus
ditanyakan lagi?
Eh iya, ada jawaban menarik yang
diutarakan M Quraish Sihab di dalam Wawasan Al-Quran menyangkut kenapa wujud
Allah tidak terlihat tapi dianggap ada. Jawabannya menarik. “Karena, sesuatu
yang keberadaannya sangat terasa, itu tidak membutuhkan wujud yang dapat
terlihat”. Kurang lebih seperti itu bahasanya.
Allah yang maha kuasa, memang tidak akan
pernah bisa terpikirkan oleh manusia. Karena itu, “Berfikirlah tentang
ciptaan Allah, dan jangan memikirkan Dzat-nya”.
Jadi itu, intinya. Berserah diri. Allah
menyuruh hambanya agar memikirkan ciptaan-Nya (Diri sendiri dan Alam semesta).
Jangan memikirkan Dzta-Nya. Apakah tetap mau membangkang-Nya? Karena pemikiran
katanya tidak ada batasnya? Yah, selama tidak ada jawaban yang dianggap
rasional, siapa sih yang merasa puas? Akhirnya, keimanan jualah yang akan
menentukan seseorang berserah diri atau tidak dalam segala halnya di dalam
beragam Islam.
Wallahu A’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar