Rabu, 11 Juli 2012

Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosaku.. Jadikanlah diriku sebaik-baik hamba yg Engkau ridhoi

“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim) Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt. Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.” Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan. Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain. Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt. Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup. Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah. Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga. Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia. “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37) Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya. Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim) Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

Senin, 09 Juli 2012

Aku Jatuh Cinta

Ia memang aneh… ia membuat kita seperti gila. Tak mengenal diri kita sendiri, tak terfahami, kadang… aku merasa sangat mengenalnya hingga aku merasa hanya aku sendirilah yang paling tau siapa ia, namun terkadang aku tak dapat memahaminya walau dalam pengertian yang paling sederhana sekalipun, Aku jatuh cinta padanya, melebihi apa yang dapat aku fikirkan, melampaui sesuatu yang dapat aku fahami secara logika, ia …lebih dari apa yang sanggup aku mengerti. Jujur aku tak dapat memahaminya secara akal atau pikiran sehat, tapi hatiku mengerti apa yang hatiku rasakan apa yang aku rasakan apa yang sedang terjadi. Apakah cinta memang harus dapat dipahami secara logika? Aku jatuh cinta tanpa segaja, diluar kehendakku sebagai seorang manusia, ini seperti sesuatu yang memang harus aku jalani. Dengan rasa bahagia. Seperti kau tersenyum tanpa sebab yang kau tau bahwa kau hanya merasa bahagia. Ini seperti saat kau berada dipuncak tertinggi dan siap untuk terjun bebas. Ini menyenangkan. Ini membuatmu takut, membuatmu sedikit royal, membuatmu merasa lebih hidup dan bahagia… Aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Saat aku tau bahwa kau adalah seseorang yang berbedaa. Saat aku mereasa selalu ingin berada didekatmu, mendengar suaramu, senyumanmu, tertawamu, tingkah lucumu… bahkan kesedihanmu. Saat takut menyapamu, saat kegirangan saat kau menyentuhku. Saat kau … kau indah. Kau … seseorang yang aku sayangi. Aku jatuh cinta melampaui batas nalar kebanyakan manusia, saat mereka hanya menerima cinta yang biasa, dan aku memiliki cinta yang mungkin tidak atau belum mereka pahami. Memiliki cinta yang berbeda namun lebih indah. Memiliki cinta yang … hanya dapat dimengerti oleh manusia yang sedang jatuh cinta. Cinta yang tanpa sebab. Yang hadir karena ada. Aku jatuh cinta mungkin untuk yang terakhir kalinya.

Bulan, Bintang dan Matahari

Saat aku terbangun dari tidurku Diri mu telah hadir dalam kamarku Betapa indahnya saat itu Hingga larut dalam dalam kebahagiaan ku Diri mu selalu hadir dalam setiap langkahku Betapa berartinya diri bagi setiap insan didunia ini Setitik sinar yang kau berikan Adalah anugerah bagi ku Tetapi dikala pagi terasa kelam Tak setitik pun kau hadir dalam kamar ku Betapa sedihnya diriku tanpa hadirnya dirimu Tetapi kau hanya terdiam saja dibalik awan yang kelam Tak seberapa lama Kudengar rintikan hujan yang datang Membawa berita tentang diri Lalu hujan bercerita tentang dirinya

Sabtu, 07 Juli 2012

Seekor burung yang mencintai Islam

Nabi Sulaiman menyediakan tempat khusus untuk pasukan burung. Pada suatu ketika, beliau mendapati satu tempat yang kosong, yang semestinya tempat itu ditempati burung hud-hud. Dan Dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud , Apakah dia Termasuk yang tidak hadir." (an-Naml : 20) Saat burung hudu-hud akan kembali ke Istana Nabi Sulaiman, ia melihat sekelompok kaum yang menyembah matahari. Meskipun ia harus kembali dan berkumpul dengan burung-burung yang lain pada saat itu, tapi ia tidak ingin melihat manusia yang jauh dari Allah swt. Ia mendekati kerumunan orang itu, dan ingin tahu lebh dekat apa yang mereka lakukan,. Maka ia pun pergi ke sana; terbang dari Yaman menuju Palestina. Perhatikanlah, bagaimana perhatian hud-hud terhadap keimanan. Sementara saat sekarang, amat jarang oang yang mau terjun dalam dunia dakwah; menjadi seorang dai yang mengajak manusia kembali kepada Allah swt. Kita melihat begitu banyak wanita muslimah yang enggan membimbing tetangganya. Begitu pula dengan lelaki yang menyatakan beriman kepada Allah swt., tapi ia tidak mau tahu dengan kondisi temannya yang tidak mau menjalankan shalat, senang berbuat zina dan meminum minuman keras. Padahal ia tertawa dan saling bercanda, tapi mengapa tidak mau mengajaknya ke jalan yang lurus. Apa yang penghalang diri kita sehingga tidak mau memimbing taman-teman kita ? Kenapa keinginan untuk berdakwah tidak ada sama sekali dalam diri kita? Hud-hu kembali ke istana Nabi Sulaiman dan menemui beliau. Ia berkata,"Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar." (an-Naml : 22-23) Saudaraku, dengan semangat yang berkobar akan kewajibannya dalam beragama, hud-hud rela terbang sampai ke Istana ratu Balqis demi mengumpulkan informasi tentang dirinya dan juga kaumnya lalu diceritakan kepada Nabi Sulaiman. "Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (an-Naml : 24) Hud-hud berkata, "dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah."" (an-Naml : 24-25) Makhluk yang begitu kecil, tapi hatinya begitu semangat dalam menyebarkan keyakinan yang benar, sementara kita, apa yang sudah kita lakukan? Alangkah senangnya hati ini andaikata ada orangyang mau berbuat seperti hud-hud, tidak sebagaimana yang sering kali kita dapai, di mana ada orang yang baru, menjalankan shalat tarawih tapi ia mengira bahwa dirinya telah melaksanakan semua perintah syariat. Tujuan yang paling tinggi dalam hidup ini adalah mempersembahkan semua kehidupan kita pada agama, menanamkan rasa cinta kita kepada Allah swt. dan agamanya. Saudaraku, ketahuilah bahwa Allah swt. pernah memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk mengghancurkan sebuah negara dan juga penduduknya, tapi Malaikat berkata, "Ya Allah, di negara itu masih ada orang yang sujud kepada-Mu, ia tidak pernah berhenti mengingat dan bersujud di hadapan-Mu." Allah swt. berfirman kepada Jibril, "Wahai Jibril lakukan apa yang aku perintahkan!" "Bagaimana mungkin aku melakukannya?" Lantas Allah swt. berfirman, "Memang ia tidak pernah berhenti memalingkan wajahnya dari-Ku, tapi ia juga mengabaikan dengan kemungkaran dan kemaksiatan yang menyebar di sana!" Sekiranya dalam satu kampung penduduknya melakukan kemaksiatan, dan di sana ada satu orang yang tidak pernah berhenti menjalankan ketaatan dan beribadah, tapi ia tidak mau tahu dengan kemaksiatan yang merajalela di tempat itu; ia tdak mau mengajak kepada yangm akruf dan mencegah perkara mungkar, maka Allah swt. akan menurunkan azab-Nya kepada mereka semua, baik yang taat maupun yang berbuat mungkar. Di manakah gerangan orang yang hatinya telah tertanam keinginan untuk mengajak orang lain berbuat baik dengan penuh kasih sayang, dan berkata, "Aku cinta pada agamaku, aku menjalankan shalat tarawih, dan setia kali aku melewati jalan, aku mengajak temanku untuk untuk kembali kepada Allah swt.?" Ingatlah firman Allah swt. di atas, "Memang ia tidak pernah berhenti memalingkan wajahnya dari-Ku, tapi ia juga abai dengan kemungkaran dan kemaksiatan yang menyebar di sana!" Ia takut manakala ia mencegah kemungkaran, hal itu akan membahayakan dirinya, perusahanya atapun rumahnya. Jangan takut, mulailah untuk mencegah kemungkaran!

Minggu, 01 Juli 2012

aku tidak bisa melupakanmu sayang

Bismillahirrahmanirrahim.. Betapa sulit melupakan seseorang yang pernah mengisi hati. Kamu mungkin pernah mengalaminya, karna perasaan seperti ini banyak yang merasakannya. Bukan hal yang tabu ketika kamu membicarakannya agar kamu bisa mengolah rasa itu menjadi rasa yang tidak menimbulkan kegetiran dalam menjalankan hidup. Rasa cinta memang fitrah, tapi keadaan lah yang merubah fitrah itu menjadi sebuah fitnah. Keinginan untuk dicintai dan mencintai menjadi tombak seseorang untuk merasakan cinta yang belum halal. Melupakan orang yang pernah kamu cintai memang bukan perkara mudah, bukan hanya orang yang melaksanakan ‘pacaran’ saja yang pernah merasakan hal ini. Tapi bagi orang yang tak pernah merasakan pacaran bahkan tak pernah mengungkapkan isi hatinya pun merasakan hal ini. Ini lah bukti bahwa cinta yang fitrah bisa menjadi fitnah yang nyata bila tak diolah dengan bijak. Sadarilah bahwa kamu sedang melangkah untuk menjadi lebih baik. Sudah seharusnya ketika si ‘dia’ tak bisa kamu miliki, dia sudah menjadi bagian masa lalu mu. Kalo memang sulit untuk melupakannya, tak perlulah tiba-tiba harus dilupakan. Tapi biarlah si dia menjadi pengingat mu bahwa masih ada cinta sejati yang menunggumu didepan, karna kamu bukan menanti masa lalu. Si dia dengan kehidupannya dan kamu dengan kehidupanmu, ini lah yang harus kamu tekankan dalam perjalanan hidupmu. Toh ketika kamu berusaha keras melupakan si dia, dia justru sedang asyik melenggang tanpa memikirkanmu. Lantas siapa yang merugi kalo seperti ini.Rasa sakit karna ternyata dia gak memilihmu untuk menjadi pemberhentian terakhir , bukan berarti menjadikanmu lupa bahwa Allah selalu ada disampingmu. Apalagi bagi kamu yang ingin melupakan si dia karna pernah melegalkan aktivitas pacaran. Justru Allah sangat sayang padamu, Dia bebaskan kamu dari aktivitas maksiat. Harusnya kamu bangga dan senang Allah masih perhatian padamu. Kamu dituntun untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, dengan cinta yang diberikanNya. Dari sini lah kamu harus bersadar diri, bahwa melupakan mantan kekasih yang tak pernah halal bagimu adalah sebuah kebangkitan. Bangkit dari keterpurukan maksiat yang pernah kamu lakukan dan bangkit untuk memperjuangkan agama Allah. Anggaplah cinta pada mantan kekasihmu yang masih kamu simpan sampai saat ini adalah bagian dari pengingatmu akan masa lalu, agar kamu tak pernah mengulanginya lagi. Sungguh merugilah bagi orang yang dituntun menjadi lebih baik, namun dia kembali mengikuti alur masa lalunya. Sedangkan bagi yang tak pernah pacaran, tapi pernah merasakan jatuh cinta yang sangat pada si dia. Namun dia tak menambatkan hatinya padamu, dan memilih menambatkan hatinya pada orang lain. Kamu mungkin merasakan sakit yang lebih dahsyat, karna kamu tak pernah mengungkapkan rasa cintamu. Disebabkan kamu ingin menjaga hati dan izzah mu juga dia. Masalah hati ini memang tak bisa dipecahkan secara rasional, karna sekali lagi ini masalah perasaan yang hanya kamu lah yang tahu seberapa besar dan seberapa dahsyat. Namun harus ada keberanian yang kuat untuk melupakannya, sangat disayangkan penjagaanmu terhadap izzah harus tercoreng karna cinta yang tak pernah dihalalkan. Ibarat minum obat, kamu harus berani minum obat yang pahit sekalipun agar kamu segera sembuh dari sakitmu. Yang perlu kamu selalu ingat dan tekankan pada hatimu adalah kelak akan ada orang yang lebih berhak untuk mendapat cinta sejatimu dari pada orang yang sekarang ini tak mampu kamu lupakan. Tak mungkin juga kamu akan lebih mencintai si dia yang tak halal bagimu daripada orang yang telah halal bagimu, hal ini harus segera ditegaskan dalam hatimu. Bahwa kelak ada orang yang patut kamu cintai. Tak kunjung habis air mata ini.. Mengingatmu dalam derai hujan.. Mengingatmu dalam kehangatan senja Mengingatmu dalam keheningan malam.. Ku tak mampu kehilanganmu.. Tapi pelangi kembali memancarkan warnanya.. Ketika badai cinta telah mampu ku pupuskan.. Karna ku yakin Allah lah yang akan mengganti cinta ini..

Berjuang dengan spirit cinta sejati

ini liriknya: tersenyum tetaplah tersenyum tepiskan gundah gelisah hati semua yang dan telah terjadi biar pergi tetaplah tatap harimu dengan asa cinta dan citamu ijinkan semua menjadi indah pada waktunya nanti ingatlah Tuhan telah berfirman ‘Aku bagaikan yang kau sangkakan’ maka yakinlah harapan pasti datang hujan kan reda kemarau tiba hadir pelangi warnai bumi cinta dan cita akan hiasi hari harimu nanti bukankah Dia telah berjanji tiada doa yang tak terijabahi memohonlah dengan sepenuh hati istajib yaa Robbi Sambil dengerin musik, tak ada salahnya sambil baca-baca untuk menambah wawasan nusantara… smoga bermakna :) berjuang dengan spirit cinta sejati Menuju kekuatan cinta Hidup merupakan sebuah perjuangan jika dihadapkan pada sebuah cita-cita yang hendak diwujudkan, sebuah cita-cita yang begitu menghasrat dalam jiwa yang jika tercapai muncul perasaaan bahagia tiada terkira. Harapan dari perjuangan itu sendiri adalah perubahan dari keadaan kehidupan menuju keadaan yang lebih baik dan sempurna. Di dalam perjuangan untuk mengharapkan adanya perubahan, apapun perubahan itu, memang banyak hal yang harus dilalui, berbagai aral dan rintangan datang menghadang. Terkadang bahkan pada awalnya kita berpikir bahwa jalan yang harus kita tempuh untuk mencapai perubahan yang diinginkan adalah jalan yang tidak wajar, mengingat sepertinya perubahan yang kita harapkan adalah hal yang sulit dan begitu mengangkasa untuk digapai. Ada sebuah key, sebuah kata kunci, agar kita tidak pernah berhenti untuk berjuang. Apakah itu … kunci itu adalah adalah kita memiliki kekuatan cinta di dalam hati kita, cinta terhadap apa yang kita perjuangkan,tak peduli apa yg menjadi cita-cita itu. Jangan pernah untuk memandang rendah arti kekuatan cinta, karena kekuatan cinta adalah suatu hal yang dapat memberikan perubahan. Ada satu point yang harus kita ketahui, kekuatan perubahan itu bermula ketika adanya ketukan di dalam hati kita. Ketika hati Kita tergerak, berarti kita sudah ada kesadaran, dan kesadaran itulah yang akan membuat Kita memiliki kekuatan cinta yang akan membuat satu perubahan. Cinta itu begitu kuat, terkadang menembus batas imajinasi, bahkan lebih kuat dari pada maut. Kekuatan cinta memang luar biasa, namun satu hal juga yang harus diketahui, bahwa perubahan itu terkadang bersifat evolutif, begitu lambat. Hanya saja kekuatan cinta yang murni dan ikhlas memang harus melalui proses pembidikan, bahkan terkadang harus menggunakan senapan sepuluh kali F16 agar tepat pada sasaran menembus jantung hati hingga luka. Namun dengan pembidikan yang tepat, kekuata cinta akan berkobar. Cinta juga butuh pengasahan, terkadang harus menggunakan pisau yang diasah sangat tajam yang mampu membuat sisi-sisi hati menjadi luka. Namun, dengan asahan itulah the power of love yang ada akan teruji. Di dalam sebuah proses jatuh bangun adalah hal yang wajar, dan itulah salah satu ujiannya, sanggupkan. Akan ada kesedihan dan deraian air mata yang tidak sedikit, karena memang ketika kita berada dalam proses tersebut, kita akan merasakan sakit yang teramat dalam, dan bisa jadi terbetik dalam hati bahwa perubahan yang diharapkan ibarat sebuah harapan kosong yang berujung pada menyerah dan berhenti dalam perjuangan. But, remember … jangan sekali-kali proses itu membuat kita letih lalu menyerah dan terus-menerus mengafirmasikan bahwa perubahan yang diharapkan adalah sebuah harapan kosong dan impian di kala tertidur, yakin saja melalui proses pengasahan dan linangan air mata, kekuatan cinta yang yang ikhlas akan menjadi nyata dan menjadi daya yang tak mampu dihentikan oleh tsunami sekalipun, dan dengan kekuatan cinta yang telah ada, Kita sanggup memberikan perubahan yang pasti terhadap keadaan yang memang membutuhkan perubahan. Bukankah segala sesuatu akan menjadi indah pada waktunya. Jadi jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah. Ujian yang datang hadapi dengan kerelaan, dalam pengertian hadapi itu. Perubahan pasti akan terjadi pada waktu yang tepat. Kekuatan cinta akan membius derita perjuangan. Percayalah padaku, kali ini saja :D , percaya apa? Percayalah bahwa sesuatu yang mungkin untuk diwujudkan secara rasional, hal itu mungkin diwujudkan secara faktual, sehingga layak untuk diperjuangkan, tak ada sesuatu yang mustahil jika sesuatu itu bisa dipikirkan. Miliki respect terhadap apa yang anda pikirkan, cintai sebuah gambaran yang dinginkan dan perjuangkan. Cinta pada Allah menumbuhkan Kekuatan yang luar biasa Ingin kutunjukkan padamu bahwa ada satu cinta yang jika Kita memilikinya akan menjadikan Kita orang yang takkan pernah putus asa, sebuah cinta dengan kekuatan yang luar biasa. Ya, ada satu cinta, cinta yang paling kuat dalam kehidupan dunia ini. Saat Kita tidak memiliki cinta ini, sungguh betapa celaka diri kita, indikasi Kita sudah menyia-nyiakan hidup Kita. Kenapa?? Karena Inilah sebuah cinta yang paling besar. The great of love, satu cinta yang akan memberikan sebuah kekuatan tak terbatas kecuali maut, sebuah kekuatan yang memotivasi para mujahid di medan perang. Cinta ini mampu membius seseorang dari rasa takut mati, rasa takut apapun itu, juga dari rasa sakit, putus asa, sebuah cinta yang tidak akan pernah membawa apapun selain kemenangan, tidak takut apa pun, demi sebuah cinta. Cinta apakah itu? Cinta ini tidak lain dan tidak bukan adalah cinta kepada Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165) Banyak sudah kisah yang teriwayatkan betapa kecintaan pada Allah telah menumbuhkan semangat perjuangan yang hampir-hampir menembus batas imajinasi, dia benar-benar nyata. Satu contoh saja pada awal tahun kedelapan hijriah Rasulullah saw. menyiapkan pasukan tentara untuk memerangi tentara Rum di Muktah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi komandan pasukan. Rasululalh saw. bersabda, “Jika Zaid tewas atau cidera, komandan digantikan Ja’far bin Abi Thalib. Sekitainya Ja’far tewas atau cidera pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan, apabila Abdullah bin Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslmin memilih pemimpin/komandan di antara mereka. ” Setelah pasukan sampai di Muktah, yaitu sebuah kota dekat Syam dalam wilayah Yordan, mereka mendapati tentara Rum telah siap menyambut kedatangan mereka dengan kekuatan 100.000 pasukan inti yang terlatih, berpengalaman, dan membawa persenjataan lengkap. Pasukan mereka juga terdiri dari 100 ribu milisi Nasrani Arab dari kabilah-kabilah Lakham, Judzam, Qudha’ah, dan lain-lain. Sementara, tentara kaum muslimin yang dipimpin Zaid bin Haritsah hanya berkekuatan 3000 tentara. Kita bisa bayangkan 100.000 degan perlengkapan perang lengkap dan pasukan terlatih berbanding 3.000 pasukan dengan bekal iman pada Allah dan Rasulnya. Apakah mereka lari? Tidak … Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang itu berhadap-hadapanan, pertempuran segera berkobar dengan hebatnya. Zaid bin Haritsah gugur sebagai syuhada ketika dia dan tentaranya sedang maju menyerbu ke tengah-tengah musuh. Melihat Zaid jatuh, Ja’far segera melompat dari punggung kudanya yang kemerah-merahan, lalu dipukulnya kaki kuda itu dengan pedang, agar tidak dapat dimanfaatkan musuh selama-lamanya. Kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tkita pimpinan kini beralih kepadanya. Dia maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya. Akhirnya musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya. Sementara dia bersenandung menyanyikan sajak nan indah. Wahai … surga nan nikmat sudah mendekat Minuman segar, tercium harum Tetapi engkau Rum … Rum… Menghampiri siksa Di malam gelap gulita, jauh dari keluarga Tugasku … menggempurmu …. Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat. Suatu ketika tangan kanannya terkena sabetan musuh sehingga buntung. Maka dipegannya bendera komando dengan tangan kirinya. Tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Dia tidak gentar dan putus asa. Dipeluknya bendera komando ke dadanya dengan kedua lengan yang masih utuh. Tetapi, tidak berapa lama kemudian, kedua lengannya tinggal sepertiga saja dibuntung musuh. Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera komando dari komando Ja’far bin Abi Thalib. Pimpinan kini berada di tangan Abdullah bin Rawahah, sehingga akhirnya dia gugur pula sebagai syuhada’, menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu menemui Dzat yang dicintainya dan atas anugerah surga yang telah dijajikanya. Cinta pada Allah sebagai refleksi iman seorang hamba padaNya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ. (رواه الترمذي). “Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At Tirmidzi) Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda: مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانَ. (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن). “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan). Jika ada zat di dunia ini yang harus di cintai, yang harus di kagumi, yang harus dipuja dan dipuji maka dia adalah Allah, zat yang telah menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya. Bukankah ketika seseorang mencintai kecantikan atau ketampanan orang lain, bukankah wujud itu Allah jua yang menciptakan, bukankah ketika seseorang mecintai rumah, sawah ladang dengan aneka buah-buahan Allah juga yang telah menciptakanNya. Bukankah segala yang ada dalam kehidupan ini karena diadakan oleh Allah. Oleh karenanya sudah sepantasnya jika kecintaan pada Allah harus menempati posisi paling tinggi jika harus dibandingkan dengan kecintaan terhadap apa-apa yang telah diwujudkan oleh Allah, yang mengundang hasrat cinta dalam diri manusia. Inilah kecerdasan mencintai (LOVING INTELEGENT) yang sudah seharusnya dimiliki oleh seluruh manusia yang meyakini bahwa segala yang ada berawal dari ketiadaan lalu Allah menjadikannya ada. Oleh karena itulah Allah membuat ancaman: “Katakanlah jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuwatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya, dan daripada berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya” (QS. At taubah, 24). Menumbuhkan cinta pada Allah cinta senantiasa berkaitan dengan amal. Dan amal sangat tergantung pada keikhlasan hati, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah. Agar kecintaan seorang hamba pada Allah senantiasa bersemi, cinta itu harus senantiasa dipupuk, karena banyak hal yang dapat menyeret seorang hamba mencintai makhluk melebihi kecintaannya pada Allah. Di bawah ini merupakan hal-hal yang bisa dilakukan untuk pendekatan pada Allah agar cinta tumbuh dan berkembang sekaligus bersemi, hingga membuahkan kekuatan cinta karena Allah. 1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidaklain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal danmampu menjelaskan al-Qur’an agar dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”. 2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah. 3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadsar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu,s elama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu”. 4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah. 5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah. 6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya. 7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki. 8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah. 9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t. 10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala. Saatnya berjuang dengan spirit cinta kepada Allah Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165) Kecintaaan pada Allah menumbuhkan cinta terhadap apa yang dicintainya dan menumbuhkan kebencian terhadap apa yang dibenci oleh Allah. Oleh karena itu meskipun seseorang memiliki saudara yang dia cintai, tetapi saudaranya itu mendurhakati Allah, memusuhi dan menentang Allah, rasa cinta yang secara fitroh ada dalam diri manusia terhadap keluarganyapun akan berubah menjadi kebencian. Inilah kekuatan cinta. “Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling kasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak sauadara-saudara ataupun saudara keluarga mereka.” (Al-Mujadalah: 22) demikian juga ketika kita menghasratkan sesuatu yang begitu kita ingin namun hal itu tidak diridloi oleh Allah, maka kekuatan cinta akan mengalihkan perasaan itu, dan kita akan mengurungkan niat untuk mewujudkan apa yagn kita senangi itu. Bukankah boleh jadi kita mencintai sesuatu yang dibenci Allah dan sebaliknya? Inilah sebuah kenyataan tentang cinta bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang tidak diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang Allah tidak suka jika ia diberi. Oleh karena itu hedaklah sebuah cita-cita yang hendak kita wujudkan dalam hidup ini tidak berseberangan terhadap apa apa yang telah diturunkan kepada Allah. Bagaimana mungkin kita ingin menjadikan Allah sebagai spirit dalam perjuangan hidup kita kalau yang kita perjuangkan sendiri tidak dicintai oleh Allah, ironiskan? InsyaAllah jika sudah terbentuk spirit perjuangan yang didasarkan cinta pada Allah, maka tidak ada satu kekuatan yang mampu melumpuhkannya, meskipun terkadang harus terhenti untuk memikirkan strategi yang lebih taktis lagi dalam memperjuangkannya. satu hal lagi, bahwa perjuangan yang dilandasi oleh cinta pada Allah yang memiliki konsekuensi logis menjadikan Islam sebagai landasan perjuangannya, maka hal itu akan bernilai ibadah, siapa hamba yang tidak mau beribadah kepadaNya? inilah yang akan mewujudkan kontinuitas dalam berjuang, yaitu semuanya dilakukan karena cinta pada Allah, untuk kemudliaan dan keagungan namaNya, bukankah diri ini hanyalah bagian dariNya, mengapa harus egois dengan melupakan namaNya saat meraih dan berjuang menggapai angan dan cita-cita? terakhir, sebuah petikan “jadikanlah hidup ini menjadi lebih bermakna, dengan menjadikan cinta, untuk Allah semata” artinya: cinta kepada selain Allah hanyalah derivasi dari cinta kepada Allah. So, let’s strugle, work and pray. kata kuncil: kata kata mengharapkan seseorang, gambar sakit hati, gambar orang putus cinta, kata kata benci sama pacar, gambar kata kata putus cinta, arti mimpi putus cinta, kata kata perjuangan cinta, kata kata suka sama seseorang, gambar kata kata islam, kata kata lagi senang, kata kata melupakan seseorang, kata kata cinta pendek, kata-kata semangat untuk orang sakit, ayat untuk sahabat sejati, kata kata dingin,

Puisi Fitnah

Aku memang bukan orang baik, Tapi tak seburuk itu kamu memperlakukanku Aku ini buaya Tapi aku ini tetap punya hati untuk mengukur kasih sayang Aku ini makhluq Allah Tapi bukan penyembah makhluk yang lain Andai aku salah Katakan padaku Jangan kau katakan pada orang yang tak tau menahu tetap saja perkataan itu tak baik untukku Coba ceritakan Dengan pelan dan penuh kebenaran Bukan tangisan yang seharusnya kau keluarkan Mraung raung, Sudahlah, aku sudah cukup untuk menerima semua ini, buatku semua Apa aku harus diam? Sabar dan hanya sabar? Atau aku harus berteriak mencoba meembenarkan Naifkah aku bila ku berkata benar Bodohkah aku bila aku tetap tersenyum? Huh. Aku kira aku akan melakukanya Berbuat yang benar Melakukan yang benar pula Agar aku tak disalahkan lagi, Menjadi kambing hitam dari semua kebohonganmu,

Kamis, 28 Juni 2012

Indahnya Cinta Karena Allah

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.” Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita? Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil ‘Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah). (“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.” Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i. “…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.” Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.” Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.” Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain: “Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim) “Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq . Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara. Jika ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain?” Wahai saudariku -semoga Allah senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah. Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat Al-Hasyr: “(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9) Dalam ayat tersebut Allah memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka an laa ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul ‘alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orang-orang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang berada dalam kesulitan. Allah Ta’aala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Ta’aala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tapi, ingatlah wahai saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita “utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya.” Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih “Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang.” Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Ta’ala berfirman: “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 148) Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu. Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita… Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Rabu, 27 Juni 2012

Ya Allah Aku Sangat Mencintaimu

Ya Allah jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya PadaMu, agar bertambah kekuatanku untuk mencintaiMu. Ya Muhaimin jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu. . . Ya Rabbana jika aku jatuh hati,jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling daripada hatiMu.. Ya Rabbul Izzati jika aku rindu,rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalanMu. . . Ya Allah jika aku menikmati cinta kekasihMu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirMu.. Ya Allah jika aku jatuh hati pada kekasihMu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepadaMu. . . Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasihMu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepadaMu. Bagaimana Menyentuh Hati....... Betapa senang jika kita punya banyak teman. Betapa gembira jika perkataan dan perintah kita diikuti orang lain. Ternyata kuncinya ada pada suasana qalbu kita. Sehingga Rasulullah saw. mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati yang bersih. Sebagaimana sabda beliau; “Ketahuilah bahwa sesunggunhynya dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati (qalbu).” (HR. Bukhari dan Muslim) Sungguh beruntung bagi siapapun wabilkhusus aktifis dakwah , yang mampu menata qolbunya menjadi hati yang baik, bening, jernih, bersih, dan selamat (صَلَحَتْ ). Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan (صَلَحَ الجَسَدُ كُلُهُ) . Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih, bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah, lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini. Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya. Subhanallah!. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya, yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan manfaat. Tutur katanya bernash dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain. Hati yang bersih merupakan buah dari amal yang diperbuat seseorang. Bakr bin Abdullah Al-Muzanni, seorang tabi’in mengungkapan akan hal ini seperti dalam penuturannya; Jika kalian mendapati pada saudaramu kekeringan, maka segeralah bertaubat kepada Allah, karena sesungguhnya itu merupakan akibat dari dosa yang ia kerjakan. Dan apabila kalian mendapati dari mereka bertambah kasih sayang, yang demikian itu merupakan buah dari ketaatan, maka bersyukurlah kepada Allah. Orang yang bersih hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap waktu yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang bersih hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Bersih hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya. Subhanallah! Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang, dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat. Tarnyata hati yang bersih, sangat banyak manfaatnya. Apalagi kita sebagai aktifis dakwah. Aktifis dakwah yang telah tertata hatinya adalah aktifis yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan. Tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hati yang bersih akan mampu menaklukan hati orang lain dan itulah wasilah dakwah kita sebelum kita menaklukan hati orang lain. Abbas As-sisi mengatakan Abbas: كَسْبُ الْقُلُوبُ مُقَدَّم على كَسْبِ العُقُولِ ”Menaklukan hati lebih didahulukan sebelum menaklukan akalnya.” Hati yang bersih, ibarat magnet yang dapat menarik benda-benda di sekitarnya. Akan terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa dengannya akan merasakan kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu dengannya akan memperoleh aneka manfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan. Dan tentunya bagi seorang aktifis dakwah, hati yang bersih merupakan modal untuk dapat menaklukan hati-hati manusia untuk diajak ke jalan yang benar yang kemudian digiring bersama-sama untuk berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta'ala. Penting bagi setiap aktifis dakwah untuk mentadabburi hadits Rasul Shallallahu'alaihi Wasallam. berikut ini; ”Ruh-ruh itu bagaikan prajurit yang selalu bersiap siaga. Maka siapa yang mengenalnya ia akan bersatu dan jika tidak mengenalnya akan berpecah.” (HR. Bukhori Muslim) Subhanallah!, lebih dari semua itu, kebersihan hati pun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah subhanahu wa ta'ala. menjadi luar biasa membawa manfaat. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula doa-doanya menjadi luar biasa mustajab. Mustajabnya doa tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.

Senin, 25 Juni 2012

Diam, Inilah Caraku Mencintaimu KarenaNya

Bismillahirrahmanirrahiim... Engkau datang memintaku menjaga kesucian diri dengan jalan yang suci. Sungguh tawaran yang membuatku terheran mengingat engkau adalah seorang muslimah yang dikaruniakan Allah ke-shalehah-an, kecerdasan, dan tidak lupa engkaupun memiliki wajah yang anggun, sehingga mungkin itu juga yang menyebabkan para laki-laki muslim lainnya sering datang untuk meminangmu. Hal itu kurasa adalah sebuah kewajaran, lantaran laki-laki muslim yang mana yang tidak tertarik dengan muslimah yang shalehah? Dan akupun juga muslim, wajar jika seorang muslim memiliki rasa berkeinginan untuk menjadi pemimpin bagi muslimah sholehah bagi dunia dan akhiratnya kelak. Namun apa daya, aku sebagai muslim ketika itu belum cukup siap untuk meminangmu, oleh karenanya selama ini akupun diam. Namun, engkau datang dengan harapan yang besar untuk jalan yang suci itu, harapan yang mengingatkanku bahwa Allah adalah Maha kaya dan mampu memberikan kekayaan kepada siapa yang bersedia menjalankan niat suci itu, akupun tak pernah ragu mengenai hal itu karena akupun yakin. Dorongan itu membuatku begitu semangat untuk bertemu orang tuamu dengan 'bekal' yang seadanya, namun tidaklah semua itu berjalan dengan Berkah jika aku tidak meminta pertimbangan kepada Allah, lantaran Allah Maha mengetahui Yang Terbaik bagi kita semua. Maka aku meminta kepadamu untuk memikirkan dan mempertimbangkan mengenai hal ini dalam beberapa hari. Ku meminta pertimbangan kepadaNya, hingga suatu ketika timbullah pertimbangan yang belum sempat kita perhitungkan. Aku sadar bahwa aku masih belum siap untuk mengaplikasikan niat suci itu, mengingat bukan hanya harta yang menjadi pertimbangan untuk mengaplikasikan baiknya jalan itu, engkaupun tentunya juga tahu di mana keluargapun seharusnya menjadi pertimbangan tambahan mengingat pernikahan juga bertujuan untuk menyatukan dua keluarga. Dan mengenai itu aku belum sampai kepada titik temu walaupun aku sudah berusaha mencobanya kepada mereka, orang tuaku. Apa boleh buat aku harus memutuskan hal yang sebenarnya tidak sanggup kuputuskan, namun atas dasar keimanan engkau memberanikan diri untuk menyatakan itu, zalim jika diriku harus bersikap tidak tegas mengingat permintaanmu atas urusan itu adalah permintaan yang suci. Maka kucoba memutuskan kepadamu bahwa saat ini aku belum mampu meminangmu, meskipun jujur ku sadari bahwa keputusan ini sangat berat bagi seorang muslim yang senantiasa membiasakan diri berdoa kepada Rabbnya untuk mendapatkan seorang muslimah yang shalehah. Namun karena keputusan ini adalah yang terbaik bagi hati masing-masing, maka atas dasar keimanan pula, ku ikhlashkan dirimu untuk memilih laki-laki muslim yang lain, yang baik dari sisi dunia dan akhiratmu dan dari sisi Rabbmu. Dan tidaklah keputusan ini sia-sia mengingat aku membutuhkan perjuangan yang besar untuk merelakan diriku berpisah dengannya karena Allah. Aku yakin bahwa setiap usaha yang bersungguh-sungguh dalam menjauhkan diri dari apa yang Allah Benci adalah Jihad, maka jika ini jihad, aku yakin bahwa Allah akan memberikan hadiah terbaik bagi mereka yang berbuat baik karenaNya. Muslimah itu merupakan perhiasan dunia namun ku yakin jika aku merelakan dia karenaNya maka aku Berharap Allah mengkaruniakanku pendamping yang lebih baik bagiku dan baginya suatu saat nanti. Beberapa hari lagi aku harus menyatakan keputusan itu kepadamu. Namun, sempat terlintas di fikiranku untuk memintamu menungguku, lantaran ada rasa khawatir jika aku tidak mendapatkan jodoh seperti dirimu. Maka ku coba untuk meminta pertimbangan lagi kepada Pemilik hati mengenai hal itu. Hingga akupun mulai mencermati jika saja engkau harus menerima permintaan itu maka aku harus berfikir ulang mengingat menunggu adalah sebuah penderitaan bagi seseorang, dimana menunggu mengenai hal itu akan cenderung menumbuhkan harapan kepada seseorang yang akan menjadi teman hatinya kelak dan tentunya juga rasa kekhawatiran akan keadaan buruk dapat cenderung terbayang sedangkan segala harapan telah tumbuh subur di dalam dada. Hingga kesedihanpun hadir ditengah-tengah hal yang tidak pernah diperkirakan. Ternyata baru tersadar bahwa usaha mendapatkan siapa yang diharapkan itu menjadi sia-sia dan hal tersebut justru dapat mengotori hati karena sempat terisi oleh hal yang belum sepatutnya terlahir di dalamnya. Walaupun kita sama-sama mengetahui antara batasan-batasan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrim, namun kita bukan Nabi sedangkan Nabi Adam yang pernah tinggal di Syurga dan beliau juga dapat melihat iblis saja masih dapat terjerumus oleh rayuan iblis, lalu bagaimana dengan kita yang jelas-jelas bukan seorang Nabi dan bukan orang yang dapat melihat iblis akankah kita dapat berbuat lebih hebat daripada beliau jika bukan karena kita mengikuti Perintah Allah dengan menjauhkan diri dari langkah-langkah syaitan? Kita memang sama-sama belum tahu siapa jodoh kita nanti dan kita tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan siapa jodoh kita walaupun kita berusaha dengan kekuatan kita, terkecuali jika Allah yang menghendaki. Jika kamu adalah perempuan yang akan halal aku Cintai kelak, seharusnya aku tidak membiarkanmu menderita lantaran menunggu seseorang yang belum pasti menjadi pendampingmu. Bukankah jodoh tidak akan tertukar jika diri kita itu baik? Jika memang engkau adalah jodohku, untuk apa aku biarkan engkau menunggu sedangkan tanpa harus menuggupun Allah akan Mengkaruniakan seseorang dengan jodohnya dengan cara yang Berkah, bukankah Keberkahan adalah tujuan kita untuk menempuh jalan suci itu? Lalu ku tersadar beberapa hari ini tawaran suci itu memenuhiku waktuku, dari kadar terberat hingga kadar terendah dalam usaha merelakan sebuah perhiasan. Namun Hadiah Allah jauh lebih Indah, bukan? Hal inilah yang membuatku menyatakan kepadanya di kemudian hari, dan kamipun menemumpuh hidup masing-masing. Saudaraku, ternyata usaha meng-ikhlas-kan diri itu mampu meringankan diri dan jiwa. Baru kusadari bahwa Allah telah mengajarkanku untuk ikhlas terhadap sesuatu godaan terbesar bagi Ummat Rasulullah, semoga keikhlasahan ini mengajarkanku untuk ikhlas terhadap hal lainnya hingga Keberkahanpun datang menjemput. Biarlah Allah memeilih tanpa harus kita melakukan hal yang tidak DiridhaiNya, bukankah KeridhaanNya yang kita cari? Maka ku tekadkan kepada Sang Pemilik jiwa bahwa ku pelihara kesucian ini untukNya Kemudian ku lepaskan apa yang tak baik bagiku demi mencari KeridaanNya Dan, ku relakan keinginan hati dari ketidak Ridhaan kepada kepatuhan Rabb, Sampaikanlah kami kepada kesucian diri Berharap Engkau Mencintai kami dan Engkau tumbuhkan Cinta itu di hati kami hingga Cinta itu menumbuhkan keengganan di hati untuk menjadikan kami tidak cenderung kepada Cinta selainMu Allahuma Amiin