Kamis, 07 Juni 2012

Nurmelisa Bantu aku menulis kata cinta, sunyiku pada pena.

Nuemelisa Bantu aku menulis kata cinta, sunyiku pada pena.

Sebingkai meja berwarna coklat kelu dan berdebu

seakan lautan kata yang beku dalam dingin suhu.

Sepucuk kertas membentuk perahu, di layarnya teruntuk namamu.

Pena itu kembali menggigil, menggoreskan kegelisahan:

Aku cinta padamu. Hanya genangan tinta terbentuk

seperti teluk

melayarkan katakataku

ke samudera peluk.

Bantu aku menulis kata cinta dengan sinar matamu

agar kutemukan nyala dalam unggun kata

atau jadilah rembulan di rantingranting aksara

mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.

Biarkan kuikatkan samarsamar cahayamu

menyatukan sejuta kalimat dalam lembarlembar puisi.

Lalu senyummu kujadikan majas

Agar makna semakin jelas

membebaskan cinta dari pernyataan

yang tak pernah tuntas.

Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru

mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.

Kuseberangi selat bibirmu, mengembara

hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin

Sebuah jalan setapak membelah ombak.

Ombak di matamu.

kukenali tulisan di matamu yang teduh

dan gemuruh.

RENUNGAN ISLAM dan ISTIQAMAH

Dari Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : ” Aku telah berkata : ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu’. Bersabdalah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Katakanlah : Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “.

[Muslim no. 38]

Kalimat “katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu”, maksudnya adalah ajarkanlah kepadaku satu kalimat yang pendek, padat berisi tentang pengertian Islam yang mudah saya mengerti, sehingga saya tidak lagi perlu penjelasan orang lain untuk menjadi dasar saya beramal. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Katakanlah : ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. Ini adalah kalimat pendek, padat berisi yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Dalam dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam secara utuh. Beliau menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan lisan dan mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara teguh melaksanakan amal-amal shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena seseorang tidak dikatakan istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30)

yaitu iman kepada Allah semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada Allah sampai mati.

‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat) istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun seperti berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu (sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna hadits tersebut, Insya Allah.

Begitu pula firman Allah : “Maka hendaklah kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan kepadamu”.(QS. Hud : 112)

Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :

“Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.

Abul Qasim Al Qusyairi berkata : “Istiqamah adalah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan pelengkap semua urusan. Dengan istiqamah, segala kebaikan dengan semua aturannya dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melakukan usahanya, pasti sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang berpendapat bahwa istiqamah itu hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang besar, karena istiqamah adalah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan kebiasaan sehari-hari, teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah kamu sekalian, maka kamu akan selalu diperhitungkan orang’.

Al Washiti berkata : “Istiqamah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.

Rabu, 06 Juni 2012

Gadis Cantik Itu...


Gadis cantik itu selalu tersenyum bahagia
Senyumnya memberikan makna dalam jiwa
Ingin Rasanya hati ini mengutarakan cinta
Cinta yang tulus dari hamba yg takut tuhannya

Keanggunannya membuatku tak mampu mengutarakan kata
Untaian kata cinta yang menggetarkan hati seorang hamba
Gadis cantik itu selalu menyapa dengan senyum khasnya
Bagaikan kilauan cahaya menerangi malam yang gelap gulita

Gadis cantik itu senantiasa bergembira ria
Tak ada duka membayangi Hari-Harinya
Begitulah Dia bersyukur kepada Tuhan-Nya
Yang selalu memberikan cinta kepadanya..

Terdiam kuberfikir akan realita kehidupan umat manusia
Kehidupan yg penuh ujian, rintangan, harapan, yg takkan sia-sia
Begitulah hidup gadis cantik yang manis rupanya
Takkan pernah lupa bahwa hidup didunia hanyalah sementara

Sebelum Aku nyatakan

Ketika perasaan itu hadir..
Ku yakin ia putih dan suci..
Karena tak ku hembuskan ia dalam nafsu..
Dan insya Allah aku menjaganya..

Kau datang ketika rasaku sudah waktunya..
Tapi tetap ia tak ku nyatakan..
Karena pernyataan hanya akan menodai kesucian..
Yang ku juga yakin kau sangat menjaganya..

Lalu aku hanya diam..

Dan kau pun diam..
Karena kau tak tahu..
Dan ku tak ingin kau tahu..
Semua ada masanya..



Karena takdir Allah itu pasti..
Tuk aku memastikan tidak lagi memendamnya...
Dan ketika itu kau pun akan tahu..

Saat ini kau menjaga diri..
Dan harapku selalulah begitu..
Karena itu ku jadikan alasan..
Untuk memendam rasa ini..


Pesanku kepadamu wahai bakalku..
Keazamanmu sudah tepat..
Kuatkan Allah di hatimu..
Sebelum Dia mengizinkanku memiliki mu..

Dan jika kau berpaling dari penjagaanmu..
Mungkin aku tidak lagi menyimpan rasa ini untukmu..
Aku akan mencari yang istiqamah..
Yang kuat dan tidak sepertimu..


Maka tetaplah kau menjadi dirimu..
Sabar di dunia dan bahagia di akhirat..
Aku akan selalu mendoakanmu..
Semoga kau tetap di jalan itu..


Andainya nanti kau tidak bersamaku..
Ku yakin kau akan mendapatkan yang terbaik..
Ku harap aku pun begitu..
Karena Allah tidak memungkiri janji..

Kau adalah untuk orang yang baik..
Semoga Allah menjadikanku orang yang baik..
Mari berdoa kepada Yang Maha Baik..
Agar kita mendapatkan yang terbaik..


Pada akhirnya Allah lah tujuan..
Aku menginginkanmu bukan karena dirimu..
Dari Allah lah ku mengharap keridhaan..
Kau hanya salah satu jalan kearah yang dituju..

ISLAM AGAMAKU - MA'ADH DARUS-SUNNAH

ISLAM AGAMAKU - MA'ADH DARUS-SUNNAH menyalurkan bantuan yang dihimpun dari umat Islam di Jakarta dan sekitarnya. Bantuan dakwah tersebut diangkut oleh PESAWAT HERCULEST .TNI AU.dari BANDARA HALIM menuju MANOKWARI Papua Rabu, (9-2009, dimaksudkan untuk membantu umat Islam di MANOKWARI PAPUA BARAT .

"Alhamdulillah seluruh umat Islam memberikan partisipasi aktif dan positif atas dakwah yang dilakukan MA'ADH DARUS SUNNAH " ucap ketua umum MDS Ustadz MUGHIS AYOMI "Sekarang ini kami berhasil mengumpulkan bantuan yang, subhanallah, begitu banyaknya, sampai harus diangkut delapan truk ke bandara untuk selanjutnya diangkut pesawat Herculest TNI AU. ke Manokwari Papua."
Bantuan itu dalam rangka safari Bhakti Dakwah Silaturahim ke-17 desa di pedalaman Papua. Bantuan diangkut dari gudang MDS di BI dengan delapan truk. Isinya 250 karung pakaian layak pakai, 500 kardus Alquran, iqro, buku-buku, dan majalah, 150 kardus perlengkapan mandi, obat-obatan, 15 mesin jahit, 2 buah genset, 3 buah water torn, 25 gulung karpet masjid, .
mughis bersyukur, karena barang-barang itu sangat dibutuhkan umat Islam di sana. " jumlahnya sangat banyak, sampai dua truk. . Semua bantuan akan kami salurkan ke masyarakat di kampung-kampung d dan muallaf di Papua,'' jelasnya.
Ia menyebutkan, kegiatan ini dalam rangka menyongsong bulan Ramadhan dan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. "Selain menyalurkan bantuan, kita juga memberikan tausiah tentang akidah dan tauhid di beberapa tempat," tuturnya. Bahkan, dia berencana mengirim 12 dai. Mereka adalah mahasiswa yang ingin menjadi kafilan dakwah di Papua selama dua bulan.
Pengiriman 12 dai akan bersamaan dengan peluncuran kapal udara untuk kegiatan dakwah di Nuu War. "Insya Allah mereka akan berangkat bersama kapal yang akan di-launching tidak lama lagi. Barang-barang ini datang lebih awal, kemudian para juru dakwah," ujarnya.
mughis menyebutkan, bantuan dakwah sebanyak itu berasal dari umat Islam. Ada yang melalui majelis taklim, Harian Republika, Daaruttauhid, ada pula yang melalui Ustadz Jefry al bukhori.
Menurut dia, umat Islam di sana masih membutuhkan banyak bantuan. Katanya, "Dulu kami hanya membagikan satu mushaf Alquran ke tiap masjid. Sekarang, kalau bisa, satu keluarga satu Alquran." Menurut dia, kadang mereka berkelahi karena berebutan Alquran, seperti orang berebutan sembako

FAKTOR BENCANA MENURUT AL QUR'AN DAN SUNNAH

Untuk kesekian kalinya kita tertimpa musibah. Secara beruntun, dari Sumatra Barat, Mentawai, banjir Wasior, Gunung Merapi Jogja, dan lain-lain yang sedang mengancam. Bukan hanya ribuan nyawa yang hilang tapi banyak infrastuktur baik rumah, gedung pemerintahan, gedung sekolah dan lain-lain telah hancur. Padahal untuk membangunnya dibutuhkan milyaran bahkan triliyunan rupiah.

Kesekian kalinya pula kita bertanya-tanya, apakah gerangan yang terjadi sehingga sebagian besar bumi Indonesia rawan terjadi gempa dan musibah-musibah yang lain. Konon menurut ahli geologi, bahwa Indonesia pada posisi rawan gempa karena berdiri diatas lempeng tektonik yang bisa bergerak dan bergeser kapanpun. Namun mengapa baru belakangan ini lempeng-lempeng tersebut mudah dan sering bergerak?? Dan mengapa pula gunung-gunung mudah meletus, tsunami yang datang tanpa sinyal dan prediksi??

Kalau toh para ahli atau alat canggih mampu memprediksi terjadinya bencana, lantas apakah mereka juga mampu untuk memprediksi kapan waktu akan terjadinya bencana tersebut. Sekali-kali tidak. Bahkan sungguh mereka pun tidak dapat memprediksi nasib mereka sendiri jika bencana itu datang menimpa mereka.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGUNDANG BENCANA
Merujuk pada al-Qur’an, bencana itu datang karena beberapa faktor, di antaranya adalah:

1. Maraknya “kesyirikan”
Alloh Ta’ala berfirman (surat al An’am: 64-65)

64. Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, Kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."
65. Katakanlah: " dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".(QS al An’am/6:64-65)

Keterangan: azab yang datang dari atas seperti hujan batu, petir dan lain lain. yang datang dari bawah seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya.

Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS ar Ruum/30:42)

2. Kemaksiatan yang merajalela
Firman Alloh Ta’ala (surat ar Ruum/30: 41)

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS ar Ruum/30:41)

Ibnu Katsir menafsirkan: “di laut” maksudnya wilayah yang ada di pesisir laut/pantai. Sedangkan “perbuatan mereka” maksudnya adalah karena banyaknya maksiat yang mereka lakukan. Wallohu A’lam

Juga firman Alloh Ta’ala (surat al Isro’/17: 85)

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu Telah tertulis di dalam Kitab (Lauh mahfuzh) (al Isro’/17:48)

Dan banyak lagi ayat-ayat al Qur’an yang menginformasikan tentang hal ini, termasuk bencana yang menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, Madyan dll karena kemusyrikan, kemaksiatan serta keangkuhan mereka (tidak mau menerima yang haq) padahal telah jelas keterangan yang haq (al-Qur’an) dari Alloh namun mereka lebih memilih kesesatan.

PERZINAAN MERAJALELA

Dan diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat lagi ialah banyaknya perzinaan di kalangan manusia. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa yang demikian itu termasuk tanda-tanda hari kiamat (telah dekatnya hari kiamat). Diriwayatkan dalam Shahihain dari Anas Radhyallahu 'anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya diantara tanda-tanda akan datangnya hari kiamat ialah .... (diantaranya) akan merajalelanya perzinaan". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'il Ilmi wa Zhuhuril Jahli 1:178. Shahih Muslim Kitab Al-Ilm, Bab Raf'il Ilmi wa Qabdhihi wa Zhuhuril Jahil wal Fitani Fi Akhiriz Zaman 16:221]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya (kemudian beliau melanjutkan sabdanya, yang diantaranya) dan akan tersebar padanya perzinaan". [Mustadrak Al-Hakim 4:512. Beliau bersabda, " Ini adalah hadits yang shahih isnadnya, hanya saja Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya". Adz-Dzahabi juga menyetujui perkataan Hakim ini. Dan dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 3:212, nomor 3544 dan beliau tidak menyebut "dan akan tersebar 'fahisyah/ perzinaan].

Dan lebih besar lagi daripada itu ialah menghalalkan zina. Diriwayatkan dalam kitab Shahih dari Abi Malik Al-Asy'ari bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sungguh akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan (menganggap halal) perzinaan dan sutera". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Asyrabah, Bab Majaa-a Fiman Yastahillu Al-Khamra wa Yusammihi bi Ghairi Ismihi 10:51].

Dan pada akhir zaman, setelah lenyapnya kaum mukminin, tinggalah orang-orang yang jelek, yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti himar, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits An-Nawwas Radhiyallahu 'anhu.

"Artinya : Dan tinggallah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti himar. Maka pada zaman mereka inilah kiamat itu datang". [Shahih Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyrathis Sa'ah, Bab Dzikri Ad-Dajjal 18:70].

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda.

"Artinya : Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (dan menyetubuhinya) dan diantara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata. 'Alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini dibalik dinding ini". [Riwayat Abu Ya'la, Al-Haitsami berkata. 'Perawi-perawinya adalah perawi-perawi Shahih'. Majma'uz Zawaid 7:331].

Al-Qurthubi di dalam kitabnya Al-Mufhim Limaa Asykala Min Talkhiishi Muslim, dalam mengomentari hadits Anas di atas mengatakan. "Dalam hadits ini terdapat tanda kenabian, yaitu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan beberapa perkara yang akan terjadi, lalu secara khusus telah terjadi pada zaman sekarang ini".[Fathul-Bari 1:179]

Kalau hal ini telah terjadi pada zaman Al-Qurthubi, maka pada zaman kita sekarang ini lebih banyak lagi, mengingat semakin banyaknya kebodohan (tentang Ad-Din) dan semakin tersebarnya kerusakan di antara manusia.

Andai Kamu Ijinkan

Haruskah aku bertanya kepadamu…?
Pancaran matamu isyaratkan keraguan
tentang kembang dalam genggaman tanganku
dan seberkas asa yang kau titipkan di bahuku

haruskah aku bertanya kepada padang ilalang
yang dulu tersenyum kala kita memadu asmara
ataukah pada sepasang burung pada tebing tebing gunung…tentang makna kasih sayang

Raut wajahmu bagai pancaran bulan sabit…
Yang memendam sejuta gejolak keraguan
apakah hanya kasih yang semakin dalam
apakah hanya karena hilang pendirian…

Rambutmu kusut bagai awan hitam berpencaran
hatimu remuk redam menggulung keindahan
sedangkan rona wajahmu selalu kurindukan
kini rupanya engkau berselisih faham

cobalah berikan aku satu senyum saja…
Akan sirnalah gejolak rasa yang menggelegar
akan musnalah kesengsaraan di hatimu
dan sirnalah kemelut resah melayang bersama awan..

cobalah berikan aku satu pandangan saja..
Engkau akan pelajari tentang makna kehidupan
yang menjadi jalan menempuh rentangan angan
untuk masa yang akan kita perjuangkan…

Aku dan hadirmu di dalam hidupku
tak akan pernah menjadi sebongkah batu
tak seperti gunung gunung dan lautan biru
yang selaras dengan nyanyian nyanyian alam

aku dan hadirmu di kepingan dadaku
akan terus menjadi sepasang insan di bumi ini
menjelajahi ribuan hari bergumul dalam buaian rindu…dan ketulusan rasa hati yang terdalam.

Sabtu, 02 Juni 2012

Ikatan Aqidah dan Ukhuwah Lebih Kuat Dari Ikatan Darah

Bersaudara tak mesti sedarah…
Bersaudara tak harus serumah…
Bersaudara bukan soal daerah…
Karena persaudaraan yg benar adalah atas dasar ukhuwah islamiyyah…
Kita dipersaudarakan oleh Allah yg kita sembah…
Kita bersaudara karena Rasulullah yg menyampaikan hidayah…
Adakah persaudaraan yg lebih indah dari persaudaraan karena Allah?



”sebuas-buasnya harimau tak akan makan anak sendiri.” mungkin kita sudah tidak asing dengan pepatah di atas. Sang raja hutan yang terkenal buas yakni harimau tidak akan memakan anaknya sendiri, bahkan dia akan rela mati-matian untuk melindungi anaknya sendiri. Hal ini seolah menunjukan betapa kuatnya ikatan biologis dari harimau dan anaknya tersebut.

Pun demikian hal nya dengan manusia. Kedua orang tua tentu akan melindungi dan mendidik buah hati mereka agar menjadi manusia yang berguna bagi manusia sekitarnya. Hal ini karena adanya ikatan yang mengikat diantara mereka, yakni ikatan darah, atau ikatan biologis.

Namun, ikatan tersebut bukanlah ikatan yang kuat. Bukanlah ikatan yang sempurna. Bagaimana kita bisa melihat fakta di masyarakat banyaknya anak yang tidak lagi menurut kepada keyakinan orang tuanya ketika dia berpindah keyakinan.

Dalam sirah nabawiyah pun kita bisa melihat bagaimana sahabat yang lebih memilih Islam sebagai aqidah yang mengikat diri mereka, daripada keluarga, meskipun keluarga mereka sendiri bersumpah akan memutuskan silaturahim tali keluarga!

Lihatlah bagaimana sosok mus’ab bin umar sang muqarri’ madinah, yang lebih memilih Islam daripada keluarga nya. Ia rela hijrah ke Madinah, menjadi duta Rasulullah saw untuk menyampaikan risalah Islam di kota tersebut.

Mush’ab bin Umair bukan sembarang lelaki. Ketika di masa jahiliyyah, ia dikenal sebagai pemuda dambaan kaum wanita. Ia adalah seorang pemuda ganteng yang dikenal sangat perlente. Bila ia menghadiri sebuah perkumpulan ia segera menjadi magnet pemikat semua orang terutama kaum wanita. Gemerlap pakaiannya dan keluwesannya bergaul sungguh mempesona. Namun sesudah memeluk Islam, ia berubah samasekali.
Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Demi memandang Mush’ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush’ab memakai jubah usang yang bertambal–tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka – pakaiannya sebelum masuk Islam – tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi. Adapun Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia seraya bersabda : “Dahulu saya lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Atau kita bisa melihat bagaimana kuatnya ikatan yang mengikat antar masing-masing sahabat Nabi Muhammad saw. Lihatlah bagaimana meleburnya sahabat Abu Bakar yang Arab dengan Salman yang berasal dari Persia dengan Bilal yang orang Ethiopia dengan Shuhaib yang berasal dari bangsa Romawi. Mereka menjalin al-ukhuwwah wal mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) yang menembus batas-batas suku, bangsa, warna kulit, asal tanah-air dan bahasa. Itulah ukhuwah Islamiyyah yang terpancar dari ikatan aqidah.

Jagalah Ukhuwah Wahai Para Ikhwah

Namun memang, ada hal yang bisa merusak dan memperlamah ikatan aqidah itu sendiri yakni hilangnya rasa ukhuwah di antara para ikhwah. Hal ini bisa karena faktor urusan personal ataupun hal tehnis. Namun sejatinya, ketika seseorang memahami makna dari sebuah ikatan aqidah itu sendiri maka sejatinya ia faham bahwa ukhuwah merupakan satu diantara pilar-pilar yang memperkokoh ikatan aqidah itu sendiri. Terkadang kita menyaksikan para ikhwah yang saling caci ataupun cerca ketika berdiskusi, yang tadi nya ingin mencari kebenaran maka beralih untuk mencari pembenaran akan pendapat masing-masing.

Dalam diskusi tentang dakwah, berdiskusi dengan harokah dakwah lain. Apakah kita telah berdiskusi secara ahsan? Apakah kita telah berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran, bukan mencari pembenaran? Apakah diskusi yang kita lakukan tidak dalam membuka aib lawan diskusi kita karena telah kalah hujjah? Sebagaimana kata seorang ikhwah :

“ketidakmilikan hujjah seseorang dalam berdiskusi, maka orang tersebut akan akan menyerang dari sisi selain hujjah lawan diskusinya”

Atau tatkala kita membuka aib saudara kita sesama muslim hanya karena faktor ketidaksukaan kita kepadanya. Na’udzubillahi mindzalik.

Ingatlah sabda Nabi kita Muhammad saw: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a].

Hadist diatas menggambarkan kepada kita, bahwa tatkala kita tidak meminta maaf kepada orang yang kita rasa pernah kita sakiti,baik secara fisik maupun non fisik (kata-kata),maka wajiblah kita untuk meminta maaf. Jika tidak, maka kelak semua amal shalih kita akan diambil untuk menghilangkan dosa dari menganiaya tersebut sesuai kadarnya, dan jika kita tidak punya sama sekali amal shalih atau kebaikan, maka kita akan mendapatkan tambahan kejahatan dari orang yang kita aniaya tersebut, sehingga semakin membertakan timbangan dosa kita di yaumul mizan kelak, yakni hari dimana dilakukan pertimbangan amal baik dan buruk.

Semua orang tentu mempunyai aib. Dan tentu pula ia tidak mau orang lain tahu akan aib yang dimiliki. Bisa dibayangkan jika orang tersebut aibnya dibuka oleh orang lain, diceritakan dibelakang dia, atau semisal ditayangkan di televise sebagaimana hiburan infotainment di TV. Padahal Allah SWT menyuruh kita untuk menutupi aib saudara kita sendiri.

“Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (HR Muslim)

Maka, berfikirlah sebelum berkata, berfikirlah sebelum berbuat. Bayangkan bahwa dia adalah kita. Posisikan kita sebagai dia. Posisikan kita yang aibnya di buka ataupun perasaannya di sakiti tatkala kita melontarkan perkataan atau kalimat yang itu membuat hati menjadi tersakiti.

Bagi para hamilud dakwah, berdakwahlah dengan cara yang makruf. Bukan hanya berusaha menjaga perasaan hati para mad’u kita, namun juga menjaga perasaan saudara kita walaupun berbeda harokah dakwah. Berfikirlah sebelum berkata, dan berfikirlah sebelum berbuat.

Dalam sebuah riwayat yangdiketengahkan oleh Imam at-Tirmidzi dijelaskan bahwa kunci untuk meraih keluhuran jiwa adalah menjaga lisan. Mu’adz ra berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah,

“Wahai Rasulullah beritahukan kepada saya amal perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam sorga dan menjauhkan dari neraka?” Beliau bersabda: “Kamu benar-benar menanyakansesuatu yang sangat besar. Sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah SWT, yaitu: Hendaklah kamu menyembah kepada Allah dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatuapapun, mendirikansholat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan berhaji ke Baitullah bila kamu mampu menempuh perjalanannya.”

Selanjutnya, beliau bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah dapat menghilangkan dosa seperti halnya air memadamkan api, dan sholat seseorang pada tengah malam.” Beliau lantas membaca ayat yang artinya, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizki yang telah Kamiberikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam-macam nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Lalu, beliau bertanya kembali, “Maukah engkau aku tunjukkan pokok dan tiang dari segala sesuatu dan puncak keluhuran?” Saya berkata, “Baiklah ya Rasulullah.”
Rasulullah Saw berkata, “Pokok segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncak keluhurannya adalah berjuang di jalan Allah.”

Kemudian beliau bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkantentang kunci dari kesemuanya itu?” Saya menjawab, “Tentu ya Rasulullah.”

Beliau lantas memegang lidahnya seraya berkata, “Peliharalah ini.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, apakah kami akan dituntut atas apa yang kami katakan?” Beliau bersabda “Celaka kamu, bukankah wajah manusia tersungkur ke dalam neraka, tidak lain karena akibat lidah mereka?” [HR. at-Tirmidzi].

Mengambil Ibrah Dari Sahabat Rasulullah saw

Dahulu, dua sahabat Rasulullah saw. pernah bertengkar keras. Abu Dzar al-Ghifari ra. pun sampai kelepasan menyebut Bilal ra. sebagai anak si hitam. Ketika Rasulullah saw. menegurnya dengan keras, barulah Abu Dzar ra. menyesal bukan kepalang, hingga ia taruh pipinya di atas tanah dan minta Bilal ra. menginjak wajahnya asalkan ia bisa memaafkannya. Pada akhirnya Bilal ra. tak pernah menginjak wajah saudaranya, dan cerita itu berakhir dengan bahagia. Hal-hal yang kita anggap konyol, tidak perlu, tidak etis, tidak profesional dan tidak pantas dilakukan oleh para aktifis dakwah pun pernah terjadi pada generasi sahabat Rasulullah saw. Ingatkah bagaimana Nabi Musa as. dikuasai oleh amarah kepada kaumnya hingga ia menarik rambut Nabi Harun as.? Demikianlah amarah sesaat bisa membuat segala bangunan ukhuwwah yang sudah dibangun lama menjadi rusak. Efeknya bahkan bisa menjadi permanen bila tidak segera ditanggulangi.

Sudahkah Anda mendengar kisah pertengkaran dua orang sahabat paling mulia, yaitu Abu Bakar ra. dan ‘Umar ra.? Suatu hari Abu Bakar ra. datang kepada Rasulullah saw. dan langsung duduk merapat dengannya. Ia bercerita bahwa antara dirinya dan ‘Umar ra. baru saja terjadi pertengkaran. Ia terlanjur marah dan kemudian menyesal.

Permintaan maafnya ditolak oleh ‘Umar ra., maka Abu Bakar ra. pun mengadu pada Rasulullah saw. Beliau menenangkan Abu Bakar ra. dengan mengatakan bahwa Allah telah mengampuninya. Setelah Abu Bakar ra. pergi, datanglah ‘Umar ra. menemui Rasulullah saw. yang saat itu sedang menyimpan amarah sehingga nampak jelas pada wajahnya. Beginilah ucapan Rasulullah saw. saat itu: “Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian, dan kalian mengatakan ‘Kamu pendusta’, sedangkan Abu Bakar mengatakan ‘Dia orang yang jujur’, dan dia mengorbankan diri dan hartanya!” Sadarlah ‘Umar ra. akan kesalahannya karena telah memperpanjang perselisihan dengan sahabat yang paling dicintai Rasulullah saw. Setelah itu, Abu Bakar ra. tak pernah disakiti lagi.

Jumat, 01 Juni 2012

RINDU

Di tempat yang indah ini
telah ku titipkan sebuah pesan
pada angin yang sedang bertiup lembut
hanya untukmu seorang

Berharap angin ini dapat membawa pesanku
dan menyampaikannya padamu
segala rindu yang sedang kurasa saat ini
saat kau pergi dariku

Jangan biarkan aku beku
menantimu kembali kesini.
Datanglah bersama hujan ke sini.
Hilangkanlah semua rasa rinduku padamu.

Penantianku seperti tanaman yang terus tumbuh
tanpa ada hentinya.
Aku ingin dapat merangkulmu
dan ingin melipat jalanan
agar jarak tidak bisa lagi memisahkan kita.
Jadilah orang yang selalu ada didekatku.