Selasa, 08 Mei 2012

Jika Kamu Menyadari..

Jika kamu Mengerti bahwa menuju akhirat adalah perjalanan panjang

Pasti kamu tidak akan pernah puas dalam mempersiapkan bekal

Jika kamu memahami bahwa surga itu Sungguh mahal harganya

pasti kamu akan berfikir berkali2 jika ingin beramal asal2lan

Jika kamu Menyadari bahwa Allah Maha Adil
Pasti kamu tidak berniat membalas kedhaliman manusia
Sahabat....

Waktu adalah nafas yang tiada kembali
Maka jangan pernah kamu berbuat sia-sia
Sahabat...
Do’a orang yang terdholimi itu tanpa hijab dengan Allah
Maka jangan kamu suka menyakiti saudara-saudaramu
Sahabat.....
Penyakit itu menghapus dosa-dosa
maka jangan pernah mengutuk2nya

Sahabat....
Cobaan itu meningkatkan iman
Maka tabahkan hatimu dan jangan mengeluh tentangnya

Sahabat....

Istri/suami adalah manusia
Jangan kamu ingin menuntutnya selalu sempurna

Sahabat....
Setan itu musuh yang ingin mengajakmu ke neraka
maka jangan sedikitpun kamu menoleh dan menuruti bisikannya

Sahabat, yakinlah...
Ajal datang tiba-tiba
maka persiapkan dirimu
jangan pernah menunda persiapannya.....






Sebelum Aku nyatakan




Ketika perasaan itu hadir..
Ku yakin ia putih dan suci..
Karena tak ku hembuskan ia dalam nafsu..
Dan insya Allah aku menjaganya..


Kau datang ketika rasaku sudah waktunya..
Tapi tetap ia tak ku nyatakan..
Karena pernyataan hanya akan menodai kesucian..
Yang ku juga yakin kau sangat menjaganya..


Lalu aku hanya diam..

Dan kau pun diam..
Karena kau tak tahu..
Dan ku tak ingin kau tahu..
Semua ada masanya..





Karena takdir Allah itu pasti..
Tuk aku memastikan tidak lagi memendamnya...
Dan ketika itu kau pun akan tahu..


Saat ini kau menjaga diri..
Dan harapku selalulah begitu..
Karena itu ku jadikan alasan..
Untuk memendam rasa ini..



Pesanku kepadamu wahai bakalku..
Keazamanmu sudah tepat..
Kuatkan Allah di hatimu..
Sebelum Dia mengizinkanku memiliki mu..


Dan jika kau berpaling dari penjagaanmu..
Mungkin aku tidak lagi menyimpan rasa ini untukmu..
Aku akan mencari yang istiqamah..
Yang kuat dan tidak sepertimu..



Maka tetaplah kau menjadi dirimu..
Sabar di dunia dan bahagia di akhirat..
Aku akan selalu mendoakanmu..
Semoga kau tetap di jalan itu..



Andainya nanti kau tidak bersamaku..
Ku yakin kau akan mendapatkan yang terbaik..
Ku harap aku pun begitu..
Karena Allah tidak memungkiri janji..


Kau adalah untuk orang yang baik..
Semoga Allah menjadikanku orang yang baik..
Mari berdoa kepada Yang Maha Baik..
Agar kita mendapatkan yang terbaik..



Pada akhirnya Allah lah tujuan..
Aku menginginkanmu bukan karena dirimu..
Dari Allah lah ku mengharap keridhaan..
Kau hanya salah satu jalan kearah yang dituju..

MINUMAN KERAS MERAJALELA DAN DIANGGAP HALAL

Telah merajalela minum-minuman keras di kalangan umat ini dan diberinya nama (label) lain. Dan yang lebih parah lagi ialah dianggapnya halal minuman keras itu oleh sebagian orang. Hal ini juga termasuk sebagian tanda dekatnya hari kiamat. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Diantara tanda-tanda (telah dekatnya) hari kiamat ialah …., kemudian beliau menyebutkan antara lain “akan diminumnya khamr” [Shahih Muslim, Kitab Al-Ilm, Bab Raf’il Ilmi wa Qabdhihi wa Zhuhuri Jahli Wal Fitan Di Akhiriz Zaman 16 : 121]

Sebagian dari hadit-hadits ini telah disebutkan dalam membicarakan Ma’azif (alat-alat musik), yang antara lain disebutkan bahwa di kalangan umat Islam ini akan muncul orang-orang yang menghalalkan minum khamar (minuman keras). Misalnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Ubadah bin Ash-Shamit, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Sungguh akan ada segolongan dari umatku yang menghalalkan khamar (minuman keras) dan memberinya nama dengan nama (label) lain” [Musnad Ahmad dan Sunnah Ibnu Majah. Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Bari 10 : 51. “Sanadnya bagus”. Hadits ini juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shagir 5 : 13-14, hadits no 4945]

Khamr ini kini telah diberi nama dengan nama dan atau label yang banyak dan bermacam-macam, hingga ada yang menamainya minuman untuk membangkitkan semangat dan sebagainya. Dan hadits yang mengatakan bahwa di kalangan umat Islam ini akan merajalela minuman keras (khamar) dan akan ada orang-orang yang menghalalkan dan menganggapnya halal. Penghalalan atau penganggapan halal terhadap khamr ini oleh Ibnu ‘Arabi ditafsiri dengan dua penafsiran, yaitu :

Pertama : Menganggap halal meminumnya
Kedua : Meminumnya secara bebas seakan-akan meminum-miuman yang halal

Dan beliau mengatakan bahwa beliau telah mendengar dan melihat sendiri orang yang berbuat demikian (Vide : Fathul Bari 10 :51). Dan pada zaman kita sekarang ini lebih banyak lagi orang yang berbuat demikian.

Sungguh ada sebagian orang yang terfitnah dengan meminum minuman keras (khamar). Yang lebih mengerikan lagi ialah dijualnya khamar itu secara terbuka dan diminum secara terang-terangan di beberapa negara Islam, dan telah tersebar sedemikian rupa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Padahal, yang demikian itu merupakan bahaya besar dan kerusakan yang amat fatal. Segala urusan kepunyaan Allah, sebelumnya dan sesudahnya.

Aku sayang kamu.. pertama kali terpandang..

seakan ada tarikan magnet yang menarik
aku tak tahu kuasa apakah itu
tapi yang pasti kamu bisa buat
denyut nafasku bagaikan terhenti
kehidupanku ceria selalu...
hanya kerna ku pahat wajahmu dalam mindaku

Aku sayang kamu..
memang ku akui
aku memang sukar untuk meluahkan rasa
bahkan merona segan melakar bicara rindu
melafazkan kata-kata cinta
tapi dengan kamu segalanya ingin
aku muntahkan apa yang terpendam
agar kau bisa mengerti..

Aku sayang kamu..
walau tanpa tanda noktah yang pasti
tanpa talian perhubungan hati
aku senang begini..
biar rasa rindu dan tertanya-tanya itu
bisa buat hati kita jadi dekat selalu
kerna Kuasa itu lebih mengetahui segalanya..

Aku memang sayang kamu..
namun aku lebih menyayangi diriku sendiri
kerna aku takut rasa sayang yang melampau
padamu bisa buat aku melukai diriku..
bisa meruntuhkan kekuatan yang kembali
ku pertahankan.
dan aku paling takut andai
tiba-tiba kamu hilang.. seperti mereka
jadi biarlah yang tersirat dan tersurat itu
ku genggam erat dalam lipatan hati
andai ada restu Ilahi pastikan jadi milik ku..

  ku..

















Gadis Cantik Itu...

Gadis cantik itu selalu tersenyum bahagia
Senyumnya memberikan makna dalam jiwa
Ingin Rasanya hati ini mengutarakan cinta
Cinta yang tulus dari hamba yg takut tuhannya

Keanggunannya membuatku tak mampu mengutarakan kata
Untaian kata cinta yang menggetarkan hati seorang hamba
Gadis cantik itu selalu menyapa dengan senyum khasnya
Bagaikan kilauan cahaya menerangi malam yang gelap gulita

Gadis cantik itu senantiasa bergembira ria
Tak ada duka membayangi Hari-Harinya
Begitulah Dia bersyukur kepada Tuhan-Nya
Yang selalu memberikan cinta kepadanya..

Terdiam kuberfikir akan realita kehidupan umat manusia
Kehidupan yg penuh ujian, rintangan, harapan, yg takkan sia-sia
Begitulah hidup gadis cantik yang manis rupanya
Takkan pernah lupa bahwa hidup didunia hanyalah sementara

Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosaku.. Jadikanlah diriku sebaik-baik hamba yg Engkau ridhoi

“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.
Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain
Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”
Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.
Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung
Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.
Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.
Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”
Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit
Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.
Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.
Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.
Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih
Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)
Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.
Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.