Kamis, 28 Juni 2012

Indahnya Cinta Karena Allah

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.” Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita? Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil ‘Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah). (“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.” Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i. “…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.” Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.” Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.” Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain: “Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim) “Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq . Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara. Jika ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain?” Wahai saudariku -semoga Allah senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah. Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat Al-Hasyr: “(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9) Dalam ayat tersebut Allah memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka an laa ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul ‘alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orang-orang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang berada dalam kesulitan. Allah Ta’aala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Ta’aala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tapi, ingatlah wahai saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita “utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya.” Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih “Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang.” Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Ta’ala berfirman: “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 148) Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu. Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita… Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Rabu, 27 Juni 2012

Ya Allah Aku Sangat Mencintaimu

Ya Allah jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya PadaMu, agar bertambah kekuatanku untuk mencintaiMu. Ya Muhaimin jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu. . . Ya Rabbana jika aku jatuh hati,jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling daripada hatiMu.. Ya Rabbul Izzati jika aku rindu,rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalanMu. . . Ya Allah jika aku menikmati cinta kekasihMu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirMu.. Ya Allah jika aku jatuh hati pada kekasihMu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepadaMu. . . Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasihMu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepadaMu. Bagaimana Menyentuh Hati....... Betapa senang jika kita punya banyak teman. Betapa gembira jika perkataan dan perintah kita diikuti orang lain. Ternyata kuncinya ada pada suasana qalbu kita. Sehingga Rasulullah saw. mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati yang bersih. Sebagaimana sabda beliau; “Ketahuilah bahwa sesunggunhynya dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati (qalbu).” (HR. Bukhari dan Muslim) Sungguh beruntung bagi siapapun wabilkhusus aktifis dakwah , yang mampu menata qolbunya menjadi hati yang baik, bening, jernih, bersih, dan selamat (صَلَحَتْ ). Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan (صَلَحَ الجَسَدُ كُلُهُ) . Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih, bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah, lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini. Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya. Subhanallah!. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya, yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan manfaat. Tutur katanya bernash dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain. Hati yang bersih merupakan buah dari amal yang diperbuat seseorang. Bakr bin Abdullah Al-Muzanni, seorang tabi’in mengungkapan akan hal ini seperti dalam penuturannya; Jika kalian mendapati pada saudaramu kekeringan, maka segeralah bertaubat kepada Allah, karena sesungguhnya itu merupakan akibat dari dosa yang ia kerjakan. Dan apabila kalian mendapati dari mereka bertambah kasih sayang, yang demikian itu merupakan buah dari ketaatan, maka bersyukurlah kepada Allah. Orang yang bersih hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap waktu yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang bersih hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Bersih hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya. Subhanallah! Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang, dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat. Tarnyata hati yang bersih, sangat banyak manfaatnya. Apalagi kita sebagai aktifis dakwah. Aktifis dakwah yang telah tertata hatinya adalah aktifis yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan. Tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hati yang bersih akan mampu menaklukan hati orang lain dan itulah wasilah dakwah kita sebelum kita menaklukan hati orang lain. Abbas As-sisi mengatakan Abbas: كَسْبُ الْقُلُوبُ مُقَدَّم على كَسْبِ العُقُولِ ”Menaklukan hati lebih didahulukan sebelum menaklukan akalnya.” Hati yang bersih, ibarat magnet yang dapat menarik benda-benda di sekitarnya. Akan terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa dengannya akan merasakan kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu dengannya akan memperoleh aneka manfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan. Dan tentunya bagi seorang aktifis dakwah, hati yang bersih merupakan modal untuk dapat menaklukan hati-hati manusia untuk diajak ke jalan yang benar yang kemudian digiring bersama-sama untuk berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta'ala. Penting bagi setiap aktifis dakwah untuk mentadabburi hadits Rasul Shallallahu'alaihi Wasallam. berikut ini; ”Ruh-ruh itu bagaikan prajurit yang selalu bersiap siaga. Maka siapa yang mengenalnya ia akan bersatu dan jika tidak mengenalnya akan berpecah.” (HR. Bukhori Muslim) Subhanallah!, lebih dari semua itu, kebersihan hati pun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah subhanahu wa ta'ala. menjadi luar biasa membawa manfaat. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula doa-doanya menjadi luar biasa mustajab. Mustajabnya doa tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.

Senin, 25 Juni 2012

Diam, Inilah Caraku Mencintaimu KarenaNya

Bismillahirrahmanirrahiim... Engkau datang memintaku menjaga kesucian diri dengan jalan yang suci. Sungguh tawaran yang membuatku terheran mengingat engkau adalah seorang muslimah yang dikaruniakan Allah ke-shalehah-an, kecerdasan, dan tidak lupa engkaupun memiliki wajah yang anggun, sehingga mungkin itu juga yang menyebabkan para laki-laki muslim lainnya sering datang untuk meminangmu. Hal itu kurasa adalah sebuah kewajaran, lantaran laki-laki muslim yang mana yang tidak tertarik dengan muslimah yang shalehah? Dan akupun juga muslim, wajar jika seorang muslim memiliki rasa berkeinginan untuk menjadi pemimpin bagi muslimah sholehah bagi dunia dan akhiratnya kelak. Namun apa daya, aku sebagai muslim ketika itu belum cukup siap untuk meminangmu, oleh karenanya selama ini akupun diam. Namun, engkau datang dengan harapan yang besar untuk jalan yang suci itu, harapan yang mengingatkanku bahwa Allah adalah Maha kaya dan mampu memberikan kekayaan kepada siapa yang bersedia menjalankan niat suci itu, akupun tak pernah ragu mengenai hal itu karena akupun yakin. Dorongan itu membuatku begitu semangat untuk bertemu orang tuamu dengan 'bekal' yang seadanya, namun tidaklah semua itu berjalan dengan Berkah jika aku tidak meminta pertimbangan kepada Allah, lantaran Allah Maha mengetahui Yang Terbaik bagi kita semua. Maka aku meminta kepadamu untuk memikirkan dan mempertimbangkan mengenai hal ini dalam beberapa hari. Ku meminta pertimbangan kepadaNya, hingga suatu ketika timbullah pertimbangan yang belum sempat kita perhitungkan. Aku sadar bahwa aku masih belum siap untuk mengaplikasikan niat suci itu, mengingat bukan hanya harta yang menjadi pertimbangan untuk mengaplikasikan baiknya jalan itu, engkaupun tentunya juga tahu di mana keluargapun seharusnya menjadi pertimbangan tambahan mengingat pernikahan juga bertujuan untuk menyatukan dua keluarga. Dan mengenai itu aku belum sampai kepada titik temu walaupun aku sudah berusaha mencobanya kepada mereka, orang tuaku. Apa boleh buat aku harus memutuskan hal yang sebenarnya tidak sanggup kuputuskan, namun atas dasar keimanan engkau memberanikan diri untuk menyatakan itu, zalim jika diriku harus bersikap tidak tegas mengingat permintaanmu atas urusan itu adalah permintaan yang suci. Maka kucoba memutuskan kepadamu bahwa saat ini aku belum mampu meminangmu, meskipun jujur ku sadari bahwa keputusan ini sangat berat bagi seorang muslim yang senantiasa membiasakan diri berdoa kepada Rabbnya untuk mendapatkan seorang muslimah yang shalehah. Namun karena keputusan ini adalah yang terbaik bagi hati masing-masing, maka atas dasar keimanan pula, ku ikhlashkan dirimu untuk memilih laki-laki muslim yang lain, yang baik dari sisi dunia dan akhiratmu dan dari sisi Rabbmu. Dan tidaklah keputusan ini sia-sia mengingat aku membutuhkan perjuangan yang besar untuk merelakan diriku berpisah dengannya karena Allah. Aku yakin bahwa setiap usaha yang bersungguh-sungguh dalam menjauhkan diri dari apa yang Allah Benci adalah Jihad, maka jika ini jihad, aku yakin bahwa Allah akan memberikan hadiah terbaik bagi mereka yang berbuat baik karenaNya. Muslimah itu merupakan perhiasan dunia namun ku yakin jika aku merelakan dia karenaNya maka aku Berharap Allah mengkaruniakanku pendamping yang lebih baik bagiku dan baginya suatu saat nanti. Beberapa hari lagi aku harus menyatakan keputusan itu kepadamu. Namun, sempat terlintas di fikiranku untuk memintamu menungguku, lantaran ada rasa khawatir jika aku tidak mendapatkan jodoh seperti dirimu. Maka ku coba untuk meminta pertimbangan lagi kepada Pemilik hati mengenai hal itu. Hingga akupun mulai mencermati jika saja engkau harus menerima permintaan itu maka aku harus berfikir ulang mengingat menunggu adalah sebuah penderitaan bagi seseorang, dimana menunggu mengenai hal itu akan cenderung menumbuhkan harapan kepada seseorang yang akan menjadi teman hatinya kelak dan tentunya juga rasa kekhawatiran akan keadaan buruk dapat cenderung terbayang sedangkan segala harapan telah tumbuh subur di dalam dada. Hingga kesedihanpun hadir ditengah-tengah hal yang tidak pernah diperkirakan. Ternyata baru tersadar bahwa usaha mendapatkan siapa yang diharapkan itu menjadi sia-sia dan hal tersebut justru dapat mengotori hati karena sempat terisi oleh hal yang belum sepatutnya terlahir di dalamnya. Walaupun kita sama-sama mengetahui antara batasan-batasan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrim, namun kita bukan Nabi sedangkan Nabi Adam yang pernah tinggal di Syurga dan beliau juga dapat melihat iblis saja masih dapat terjerumus oleh rayuan iblis, lalu bagaimana dengan kita yang jelas-jelas bukan seorang Nabi dan bukan orang yang dapat melihat iblis akankah kita dapat berbuat lebih hebat daripada beliau jika bukan karena kita mengikuti Perintah Allah dengan menjauhkan diri dari langkah-langkah syaitan? Kita memang sama-sama belum tahu siapa jodoh kita nanti dan kita tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan siapa jodoh kita walaupun kita berusaha dengan kekuatan kita, terkecuali jika Allah yang menghendaki. Jika kamu adalah perempuan yang akan halal aku Cintai kelak, seharusnya aku tidak membiarkanmu menderita lantaran menunggu seseorang yang belum pasti menjadi pendampingmu. Bukankah jodoh tidak akan tertukar jika diri kita itu baik? Jika memang engkau adalah jodohku, untuk apa aku biarkan engkau menunggu sedangkan tanpa harus menuggupun Allah akan Mengkaruniakan seseorang dengan jodohnya dengan cara yang Berkah, bukankah Keberkahan adalah tujuan kita untuk menempuh jalan suci itu? Lalu ku tersadar beberapa hari ini tawaran suci itu memenuhiku waktuku, dari kadar terberat hingga kadar terendah dalam usaha merelakan sebuah perhiasan. Namun Hadiah Allah jauh lebih Indah, bukan? Hal inilah yang membuatku menyatakan kepadanya di kemudian hari, dan kamipun menemumpuh hidup masing-masing. Saudaraku, ternyata usaha meng-ikhlas-kan diri itu mampu meringankan diri dan jiwa. Baru kusadari bahwa Allah telah mengajarkanku untuk ikhlas terhadap sesuatu godaan terbesar bagi Ummat Rasulullah, semoga keikhlasahan ini mengajarkanku untuk ikhlas terhadap hal lainnya hingga Keberkahanpun datang menjemput. Biarlah Allah memeilih tanpa harus kita melakukan hal yang tidak DiridhaiNya, bukankah KeridhaanNya yang kita cari? Maka ku tekadkan kepada Sang Pemilik jiwa bahwa ku pelihara kesucian ini untukNya Kemudian ku lepaskan apa yang tak baik bagiku demi mencari KeridaanNya Dan, ku relakan keinginan hati dari ketidak Ridhaan kepada kepatuhan Rabb, Sampaikanlah kami kepada kesucian diri Berharap Engkau Mencintai kami dan Engkau tumbuhkan Cinta itu di hati kami hingga Cinta itu menumbuhkan keengganan di hati untuk menjadikan kami tidak cenderung kepada Cinta selainMu Allahuma Amiin

mencintaimu dalam diam :') ♕

aku tak perlu mengucapkan rangkaian kata, menjanjikan jutaan hal untuk mengungkapkan cintaku .. aku yakin mencintaimu dalam diam akan lebih indah, dari pada mengutarakannya .. aku juga yakin jika kau memang untukku, Allah akan menuntunmu untuk datang padaku .. Dia akan menumbuhkan rasa yang sama dalam hatimu .. karna mencintai dalam diam lebih sucikarna didasari dengan keikhlasan bukan nafsu .. aku mencintaimu karna rasa cintamu kepadaNya .. aku mencintaimu karna ketakutanmu padaNya .. aku mencintaimu karna kau mengerti bagaimana memperlakukan wanita sesuai ajaranNya .. dan aku tetap mencintaimu karna Allah ..

SENANDUNG PATAH HATI

Wahai Cinta, engkau telah membuatku lemah tak berdaya
Bagiku engkau adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata….
Engkaulah yang masuk kedalam kalbuku dan membuatku menjadi tawanannya..
Cinta datang laksana air yang menetes dan jatuh diatas bebatuan , hingga batu itu akan terkikis bersama sang waktu …berserak bagai pecahan bintang…

Ia bagai ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa Mahadewa dan Mahadewi lalu masuk kesanubari tanpa di undang..
Begitulah cinta yang kau bawa kepadaku , Dan kini hatiku telah hancur binasa….karena menahan rindu yang tertahan…
Tapi yakinilah, tali kasih yang telah terukir kuat dalam jiwa, tak bisa dipisahkan oleh rentang waktu dan jarak
Cinta telah memberikan kekuatan untukku dapat bertahan…sekalipun aku tahu engkau telah dipingit,…
Jiwaku menjerit kekasih!…memanggil-manggil namamu ..

Duhai kekasih hati!… mawar yang tak kunjung mekar…engkau telah direnggut dari tanganku…
Kini mimpi-mimpi indah dimalam hari telah berubah menjadi badai yang memporakporandakan jiwa dan perasaanku..
Jiwaku terguncang !…akal sehatku melayang keudara mengembara mencari cinta yang hilang…

Dadaku dipenuhi oleh kesedihan yang menyayat , airmata duka terus menetes dari kelopak jiwa

Aku berkelana untuk mencari pengobat hati, sembari bibirku melantunkan syair kerinduan..
bukan bibirku yang sedang berkata, namun jiwaku yang sedang terluka berbicara pada setiap mata-mata hati..

Disaat kerinduan telah memuncak…dengan seribu sayap, jiwaku terbang menuju pintu -rumah jiwanya..

sesampainya dipintu itu, aku menciumi dindingnya dengan airmata yang membasahi pipi…

Bagiku tanpa bertemu denganmu, maka mencium dinding rumahmu pun sudah cukup bagiku untuk merasakan kebahagiaan..seolah dinding itu adalah tubuhmu kekasih !..kemudian ku lantunkan syair untuk kekasih jiwaku, untuk menenangkan jiwanya , tanpa peduli sang kekasih mendengar atau syair itu tertelan oleh dinding rumah…
Kumulai bersyair :

Tentangmu

Dikeremangan malam ,dibawah temaram cahaya bulan, kulihat engkau

menyapa langit dan bintang

Kau dendangkan lagu-lagu cinta di puri jiwamu, engkau -dan hanya engkaulah “bayangan semu” yang akrab diantara kehampaanku.

Dalam mimpi-mimpi malamku sering kulihat wujud hidupmu dan menyaksikan jemari lentik putihmu menari diatas piano.

Atau kulihat dirimu berdiri disenja samar, menatap langit pucat dan mengubah warnanya dengan mata yang memancarkan indahnya pengetahuan.

Sepasang mata itu telah membangkitkan dan membimbing begitu banyak impian indah dalam diriku.

Aku tak bisa menghitung berapa kali aku putus asa mencari jelmaan lain dari dirimu.

Tiada keindahan yang dapat mewakilkan , kecuali indahnya sajak-sajak termanis yang tercipta itu, yang bisa dibandingkan dengan keindahanmu.

Engkau laksana cahaya bintang yang terus menyinariku berabad-abad lamanya,

Takkala bayangan malam telah datang, dirimu hadir membukakan pintu jiwa- bagi ruhku , sebuah tempat dimana semua keabadian terdiam membisu dan segala kepalsuan -terkuak warna aslinya.

Tahukah engkau tak ada bintang yang muncul atau lenyap tanpa sepengetahuanku, dan kulihat dirimu terbaring dalam selubung mawar,

Kau terbaring dalam luka lama yang belum mengering , tanganmu tak lagi bergerak, kau beku dan pucat

Bagiku saat itu adalah malam gelap tanpa dasar

Jangan pernah menangis lagi “Cinta”-ku….

Tahukah engkau …saat aku melihat bintang itu- aku melihat diriku ada dalam dirimu,dan dukamu juga cerminan dukaku…

Lihatlah kedalam mataku , kau akan melihat betapa berartinya dirimu…..

Lihatlah hatimu dan lihatlah jiwamu -dan saat kau temukan diriku disana- kau tak perlu mencarinya lagi, sebab aku akan salalu ada dibalik setiap bayang.

Lihatlah kedalam hatiku kan kau temukan tak ada yang kusembunyikan, ambilah jiwaku kan kuberikan segalanya untukmu.

Minggu, 24 Juni 2012

Kata Mutiara dan Bijak Islami

Semua kata mutiara islami ini berasal dari berbagai sumber yang Bintang kutip ke artikel ini. dan tentu kata-kata ini semuanya berasal dari orang bijak yang beragama Islam juga.

Berikut kumpulan kata bijak islami, silahkan dibaca :

Kata bijak dan mutiara yang diambil dari Nabi Muhammad

Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan.

Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.

kata mutiara islami yang diambil dari Khalifah ‘Umar

Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

Kata islami yang diambil dari Ibnu Mas’ud

Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan

Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah.

Kata Bijak Islami yang diambil dari Sayidina Umar bin Khattab



Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya.

Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.

Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.

Dan berbagai kata mutiara dan bijak islami lainnya

Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina : orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.

Tiada musibah yang lebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.

Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan : Beriman pada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan : Syirik pada Allah dan merugikan manusia.

Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.

Tiga tanda kesempurnaan iman : Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memaafkan.

Dengannya Allah kuburkan kedengkian, Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.

Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.

Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.

Save Our Love (Hadits )

Cintailah orang yang engkau cintai itu sekedarnya saja, sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang engkau benci, dan bencilah orang yang tidak engkau benci itu sekedarnya saja sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang kamu cintai” (HR. Turmidzi)

Yang mendorong saya untuk menyampaikan hadits ini adalah keprihatinan saya atas kondisi cinta anak muda saat ini. Mereka begitu mencintai seorang yang disebut pacar dengan sangat berlebihan. Mereka bisa memberikan segalanya pada kekasihnya, apapun yang dimintanya termasuk sesuatu yang tidak seharusnya diberikan, dengan dalih cinta. Semua itu sangat mungkin akan berujung pada penyesalan panjang. Padahal pacar itu belum tentu akan menjadi orang yang sah menjadi istri atau suaminya nanti. Jika ada yang mengatakan pasti, berarti dia telah mendahului takdir Allah. Kalo sudah begini, apa tidak berpeluang membuat Allah marah? ”Lah kok sok tahu banget, emang Tuhannya siapa?” kata Allah (dengan bahasa kita tentunya). Nah, jika Allah marah, kemudian Dia merubah perasaan masing-masing; yang semula cinta menjadi benci, apa yang akan terjadi? Sakit hati, ya toh?? Mudah bagi Allah untuk merubah apa yang ada di dalam hati hamba-Nya karena Dia adalah Muqallibal Qulub, Sang Pembolak-balik hati.

Sudahlah sobat, klo belum waktunya gag usah ngasih cinta yang gede-gede. Lagian ngapain kita ngasih cinta pada orang yang gag seharusnya kita kasih? Cinta kita terlalu suci untuk dibagi pada seorang yang tidak jelas apakah dia takdir kita atau bukan. Cinta itu hanya boleh ada setelah akad nikah, ato minimal beberapa hari sebelumnya untuk lebih memantapkan hati pada pilihan.

Wallahu a’lam bishshawab.

Dari Hati untuk Ummat Islam

Kondisi ukhuwah ummat Islam saat ini sungguh memprihatinkan, seakan-akan hanya peduli dengan kelompoknya masing-masing, saling mencaci kelompok yang lain. Saya sebenarnya juga salah satu bagian dari suatu kelompok, tapi saya tidak ingin menyinggung kelompok lain. Saya tidak tahu apa-apa, saya tidak yakin mana yang lebih benar dan mana yang lebih salah. Yang saya yakini, kebenaran hanyalah milik Allah, cuma Dia yang pantas menilai dan menghukumi.

Semua punya dalil, semua punya alasan dalam mendukung klaimnya, tapi kadang-kadang alasan itu lebih terasa dipaksakan, karena mentok tak ada alasan lain yang bisa mendukung klaimnya. Ketika dipaparkan alasan jawaban dari kelompok lain yang sama-sama rasional dan berdasar, mereka mempertahankan pendapat setengah mati, seolah-olah hanya pendapat mereka yang paling benar.

Saya selalu percaya, manusia sepandai apapun pasti ada kealpaan, ada kesalahan. Seperti kata Imam Syafi’i ra., “Pendapat saya benar tapi mungkin untuk salah, pendapat di luar saya salah tapi mungkin juga untuk benar.” Beliau telah diakui keilmuannya di dunia Islam pada waktu itu saja masih merendah dan mengatakan bahwa pendapat imam yang lain mungkin lebih benar, apalagi kita yang hidup di zaman yang penuh ‘’polusi” seperti ini.

Kalau boleh orang bodoh ini memberi saran untuk ummat Islam, marilah kita sibuk untuk meneliti kekurangan diri, bukan mencari-cari kesalahan orang lain. Carilah kebaikan orang lain agar kita mau menghormatinya dan sadar kita tidak lebih baik dari mereka. Mereka saudara kita, akan lebih baik jika kita mengulurkan tangan kepada mereka dan memberikan senyuman tertulus dari dalam hati, insyaallah kekasih kita bersama, Allah swt. dan Muhammad saw., akan tersenyum di atas sana.

Mohon maaf jika tidak saya sampaikan detailnya, kelompok apa dengan kelompok apanya dan memperdebatkan masalah apa; sangat riskan bagi saya untuk menyebutkan karena saya tidak ingin menyinggung siapapun. Biarlah yang tidak tahu tidak perlu tahu, yang sudah tahu, marilah kita merapatkan diri, kita semua satu dalam akidah Islam, jangan terlalu menuruti ego unttuk menang sendiri,

Jumat, 22 Juni 2012

Keutamaan Wanita Sholehah



Bismillahirrahmanirrahiim..
Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Walaupun wanita tidak ada yang diangkat Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi Nabi, namun kedudukan wanita sangat tinggi disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.Demikian pula wanita sholehah, sehingga Raslulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendudukkan mereka pada posisi mulia sebagai perhiasan dunia yang paling indah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda yang artinya “

“Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita Sholehah. Dan, perkara yg pertamakali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai Shalat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami.” (HR Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

“Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan yang paling indah ialah wanita yang Sholehah.” (H.R Muslim)

Banyak keutamaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepada wanita,dibawah ini akan diuraikan keutamaan wanita sholehah yang diambil dari Nasehat untuk wanita (Masturah) dari Maulana Syedh Ahmad Khan dan intisari hadist-hadist shahih diantaranya yaitu :

1.Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu,Meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu,shaum/puasa wajib sebulan,memelihara kemaluannya,serta taat kepada suaminya,maka ia pasti masuk surga dari pintu mana saja yang dikehendaki.”

2. Semua penghuni surga akan menemui Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang tergantung kepada amalannya didunia,tetapi wanita sholehah yang memelihara dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahram, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang akan datang kepadanya.

3. Doa wanita lebih maqbul dari doa laki-laki karena sifat penyayang yang lebih kuat dari laki-laki. Ketika ditanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan hal tersebut, Jawab Rasulullah : “Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”

4. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan kifarah (Tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidhnya membaca “Alhamdulillahi’alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah”. Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa.”; maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan dengan mudah melalui shiratul mustaqim yang aman dari siksa, bahkan Allah mengangkat derajatnya, seperti derajatnya 40 orang yang mati syahid, apabila dia selalu berdzikir kepada, Allah Subhanahu wa Ta’ala selama haidhnya.

5. Bagi Wanita yang hamil, dua rakaat shalat lebih baik dari pada 80 rakaat shalat wanita tidak hamil.

6. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Aku (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) di dalam surga.

7.Seorang wanita sholehah lebih baik dari pada 70 orang wali atau lelaki shaleh.

8. Wanita yang beriman akan masuk surga lebih dahulu dari laki-laki yang beriman

9. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah surga.

10. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu Anha. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”

11. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya diibaratkan seperti orang yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.

12. Wanita yang taat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

13. Wanita yang taat kepada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya dan meridhainya. (serta menjaga shalat dan puasanya)

14. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu Anha, berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ?Jawab Rasulullah “Suaminya”. “Siapa pula berhak terhadap laki-laki ?” Jawab Rasulullah. “Ibunya”.

15. Apabila seseorang wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala, mencatatkan baginya setiap hari dengan seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan.

16. Seorang wanita yang mengalami sakit saat melahirkan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala, memberi pahala kepadanya seperti pahala orang yang berjihad dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala

17. Apabila seorang wanita hamil hingga melahirkan,,maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kepadanya pahala bagaikan berpuasa pada siang hari dan shalat sepanjang malam,dan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa dan tiap rasa sakit dan pada satu uratnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan satu pahala haji.

18. Apabila seorang wanita melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

19. Wanita yang meninggal dalam masa empat puluh hari sesudah melahirkan akan dianggap syahid, dan wafat dalam khsunul khatimah

20. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya dari (ASI) akan dapat satu pahala dari tiap-tiap titik susu yang diberikannya.

21. Jika wanita memberi susu (ASI) kepada anaknya yang menangis, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi pahala satu tahun shalat dan shaum/puasa.

22. Apabila seorang wanita tidak dapat tidur pada malam hari karena menyusui anaknya,maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya dan ia akan diberi pahala 12 tahun ibadah.

23. Apabila seorang wanita yang tidak dapat tidur pada malam hari karena mengurus anaknya yang sakit atau demam,Maka Allah Subhanu wa Ta’ala, akan memberinya ganjaran kepadanya seperti memerdekakan 20 orang hamba sahaya

24. Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya,bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan memohonkan ampun untuknya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkatkannya seribu darajat.

25. Seorang wanita yang sholehah lebih baik dari seribu orang laki-laki yang tidak shaleh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginya delapan pintu surga, yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.

26. Wanita yang menunggu suaminya hingga pulang, disapukan mukanya, dihamparkan duduknya, menyediakan makan minumnya, memandang ia pada suaminya, memegang tangannya, memelihara anaknya atau memanfaatkan hartanya mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala , Maka tiap-tiap kalimat ucapannya,tiap-tiap langkahnya dan setiap pandangannya pada suaminya, akan memperoleh pahala sebagaimana memerdekakan seorang hamba sahaya.

Dan pada hari kiamat kelak, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan karuniakan Nur kepadanya sehingga tercengang wanita mukmin semuanya atas karunia rahmat itu. Tiada seorang pun yang sampai ke mertabat itu melainkan Nabi-nabi.

27. Tidak akan putus ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.

28. Apabila seorang wanita yang melihat suaminya dengan penuh kasih sayang, dan suaminya melihat isterinya dengan kasih sayang akan di pandang Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh rahmat.

29. Jika wanita melayani suaminya tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun shalat

Demikian keutamaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepada wanita Sholehah,Karena akhlaqnya yang mulia, ketaatanya kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, demikian juga karena ketaatannya kepada suaminya ridha dengan pemberian suaminya,melayani dengan baik,bersopan santun dalam segala ucapan dan tingkah laku,mendidik dan mengurus anak-anaknya,menjaga kehormatan keluarga,dan memelihara amanah suaminya.

Sahabat-saudaraku fillah yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.Semoga manfaat buat kita semua. Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala . senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahum Aamiin.

Walhamdulillah Rabbil’alamin

Sahabat Saudaraku fillah ALL

Kamis, 21 Juni 2012

CINTA DAN MENCINTAI ALLAH

Definisi Cinta

Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.

Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)

Beberapa definisi cinta:

  1. Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).

  2. Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.

  3. Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.

  4. Mengembaranya hati karena men-cari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.

  5. Menyibukkan diri untuk menge-nang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.

PEMBAGIAN CINTA

  1. Cinta ibadah
    Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.
    Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga.
    Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.

  2. Cinta karena Allah
    Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.

  3. Cinta yang sesuai dengan tabi'at (manusiawi),
    yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:

    1. Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.

    2. Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.

    3. Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.

Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.

KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH

  1. Merupakan Pokok dan inti tauhid
    Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)

  2. Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
    Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)

  3. Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
    Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).

  4. Menghalangi dari perbuatan maksiat.
    Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.

    Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.

    Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)

  5. Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
    Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
    Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)

  6. Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
    Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.

    Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya."(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)

ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH Subhannahu wa Ta'ala

Allah Subhannahu wa Ta'ala mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman di dalam surat Al-Ma'idah: 54, yang artinya: "Maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah."

Mereka yang dicintai Allah Subhannahu wa Ta'ala :

  • Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci), Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersa-bar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).

  • Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan mereka satu bangunan yang kokoh.

  • Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.

  • Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan orang-orang kafir.

  • Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah.

  • Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.

  • Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah wajib.

SEBAB-SEBAB UNTUK MENDAPATKAN CINTA ALLAH Subhannahu wa Ta'ala

  • Membaca Al-Qur'an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.

  • Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.

  • Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala , baik de-ngan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.

  • Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.

  • Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.

  • Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.

  • Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.

  • Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur'an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.

  • Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da'i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik. Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Selasa, 19 Juni 2012

Sudahkah Saya Menjadi Anak yang Sholeh?

Sebelumnya saya ingin menambahkan bahwa saya tidak menggurui kepada siapapun yang membaca tulisan ini. Saya juga bukan tauladan yang baik untuk anda semua. Saya hanya ingin membagi perasaan dan pemikiran saya.

Saya sayang dengan orang tua dan keluarga saya. Bagaimanapun merekalah yang melahirkan saya, membesarkan saya, membimbing saya, dan mencukupi segala kebutuhan saya dari materi hingga kasih sayang yang tidak henti-henti. Bagi saya, keluarga adalah segala-galanya. Bukan hanya orang tua, tapi kakek-nenek, om tante, sepupu, semua turut andil dalam membentuk karakter saya saat ini. Dari mereka saya belajar banyak, dan saya pun mendapat kasih sayang yang sangat berlimpah.

Sampai akhirnya sesuatu yang “sudah seharusnya”, terjadi dalam hidup saya. Eyang kakung saya tercinta dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Rasanya seluruh dunia saya berhenti seketika. Hampir tidak percaya, dan benar-benar panik. Karena rasanya belum banyak hal yang dapat saya lakukan untuk membahagiakan beliau, membuat beliau bangga pada saya. Tapi rasanya sudah tidak mungkin, hingga saya teringat pada hadits Rasul.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendoakannya.”

(Hadits shahih riwayat Muslim).

Saya bukanlah ahli agama. Bisa dibilang pengetahuan dan pendalaman saya tentang agama masih sangat sedikit. Ketika saya membaca hadits tersebut, yang ada dalam pikiran saya adalah : Anak sholeh kah saya?

Saya tahu, urusan dosa dan pahala adalah diatur oleh Allah swt. Oleh sebab itu, saya jadi berfikir, sudah cukup soleh kan saya, sehingga dapat menyambung amal bagi orang tua saya nanti? sudah cukup soleh kah saya untuk membantu orang tua saya di akhirat nanti? Bagaimana jika saya tidak cukup soleh untuk itu?Bagaimana jika saya justru menjerumuskan mereka ke dalam siksa akhirat, hanya karena saya tidak mau menjadi anak baik-baik yang sholehah?

Sedih rasanya jika berfikir demikian. :( Tapi kita sebagai manusia hanya bisa berusaha. Karena kita tidak tahu, apakah selama ini amal baik yang kita tabung sudahkah cukup atau belum. Kita tidak tahu, apakah ibadah kita selama ini diterima atau tidak. Apakah ibadah anda dan saya sudah baik? Wallahualam…

Wallahualam… Hanya Tuhan yang tahu,,, hanya Tuhan yang bisa menilai kualitas ibadah kita,, hanya Tuhan yang berhak membeda-bedakan kita sesuai tingkatan amal perbuatan kita.

Ketika kita mensejajarkan dua orang yang berbeda, satu orang yang baik, ramah, disukai banyak kawan. Kemudian dengan orang lain yang tidak banyak kawan, judes, dan sebagainya. Sebagai seorang manusia kita pasti akan lebih memilih orang yang pertama. Tapi bagaimana jika, orang kedua, yang tidak kita sukai tersebut, ternyata lebih tinggi derajatnya di mata Allah dibanding dengan orang yang pertama? atau bahkan dengan kita? bagaimana jika kita, di mata Allah, tidak lebih baik dari orang yang tidak kita sukai tersebut? Saya sering merasa miris sendiri jika berfikir demikian. Bukankah ironi sekali? Bukankah seharusnya kita malu pada Allah? Seharusnya saya malu pada Allah, karena sering bersikap demikian pula. :(

Tapi lagi-lagi, semua ini kembali ke diri kita, lalu baru bergerak vertikal lurus ke Allah. Kita hanya bisa berusaha, segalanya Allah yang menentukan. Namun jangan pesimis, karena Allah pasti akan menunjukkan jalan bagi umatNya yang mau berusaha. Allah juga tidak akan membiarkan hambaNya yang sudah berusaha, tersesat di jalan yang salah. Mari kita sama-sama berusaha untuk menjadi paling baik di mata Allah swt. Saya juga tidak pesismis, saya akan terus berusaha menjadi anak sholehah. Mari kita berusaha untuk menjadi anak sholeh bagi kedua orang tua kita. Lalu jangan lupa,

Senin, 18 Juni 2012

A TRUE FRIEND (PUISI versi ENGLISH)

I know, “Without friends, the world is but wilderness.”
A wasteland we could be trapped in the loneliness
As if, buried and wrapped in the darkness
No one wants it, no man couldn't bear it

I say, "I will not pretend"
My faithful friend is a real true friend
My medicine of life I can’t spend
That will, forever, never end

He said, “False friends is like our shadow,
Keeping close in the bright sunshine
Leaving in the dark shade.”
But, you, my best friend, are not

People always walk in and out my life
But you leave footprints in my heart
Though you’re rather silly and never smart
My friend, you’re really precious and rare!!!

My true friends always see the truth
And all the pain of mine
Even I am fooling everyone
Everywhere and every time

To all my best and true friend of mine
When everyone hears what I say
When ordinary friends listen to what I say
Only you, who listen to what I don’t say

A true friend is my sibling
God might forget to give me!!
My true friend, you're really precious and rare!!!

Bersamamu Aku Tegar

Ku sadar..disini arti ketulusan yang sesungguhnya
Yang tak kudapati...di tempat lain!
Ku mengerti..makna kebersamaan yang sebenarnya
Hanya denganmu..bukan yang lain!

Disini juga, tak pernah ada kebohongan, seperti tempat lain
Semua berjalan jujur, tanpa pura-pura
Ini bukan basa-basi...seperti kata politisi
Sahabatku.....arti kejujuran yang nyata

Tawa dan canda terdengar lepas di semua bahagiaku
Tangis pun mengalir pilu di setiap dukaku
Kurasakan beban itu, bukan apa-apa
Selagi bisa kita berbagi dalam suka dan sedih

Sahabatku, Tuhan telah mengirim malaikat
Yang bersemayam di jiwamu
Kini kutau mengapa? Tuhan memilihmu
Hadir diantara tawa dan tangisku

Engkau adalah pilihan dari kehendak-Nya
Sahabatku, waktu terus berjalan..itu artinya
Harus melangkah terus kedepan
Jalan ini sangat panjang, takkan kuat sendirian

Beratnya hidup, harus diperjuangkan
Sahabatku, bersamamu aku hidup
Bersamamu aku tegar
Tak goyah, meski di hadang badai

Sahabat..! yakinlah
Bersama, kita akan tegak berdiri
Jangan pikul sendiri semua beban
Biarlah segala menjadi milik kita

Rasa Hati yang Sepi

Kala senja ku termenung, terdiam, merenung memandang lembayung senja yg berwarna kuning keemasan di peraduan lembayung..

Hanya alam yg menjadi teman hati nie saat gundah, saat resah, saat sedih krn hati ini mungkin sudah terbiasa tanpamu..

Tak ada lagi malaikat hati yg mengisi hati ini, tak ada lagi teman tuk berbagi lagi dlm hidup ini krn ia tlah pergi menjauh..

Ku coba tegar dlm kenyataan yg penuh fatamorgana, yg penuh dgn kepalsuan dlm maya yg membuat ak menjadi lebih dewasa..

By : Anak Rantau

>Pagi Ku yg Dingin

>Share

Munkinkah esok ku dapat menghirup udara pagi
yang dingin berselimut kabut bergelimang embun.

Munkinkah esok ku dapat melihat mentari pagi
yang berwarna kuning jingga keemasan di ufuk
timur.

Sebab badan ini menanggung lara yg tak bertabib,
menanggung duka yg tak berujung dalam gamang.

Dipagi ini aku hanya diam tertegun tanpa kata,
tertegur memandang keindahan ciptaan ilahi
robbi.

Ketika kasih Cinta tak lagi mampu membasahi
relung hati yg gersang penuh debu oleh kemarau
duka yg membuat lara.

Ketika tubuh yg kurus ini tak dapat lagi berjalan
dalam badai luka, diri ini mencari tempat untuk
berteduh.

Hanya alam yg menemaniku berbicara pada hujan,
hanya alam yg mampu membuat aku bertahan
dalam pahit kehidupan.

Ku menunggu di persimpangan jalan, menanti
putri yg mau menemaniku dan berbagi dalam suka
dan duka.

>Ku Menangis Tertahan


Rasa Hati yang Sepi


Kamu tlah mengisi lubuk hatiku jauh dalam relung ku yg hampa tanpa adaya cinta… Pernahkah kau merasakannya jikalau kau menjadi yg terindah dlm hidupku…

Cinta kini hanya engkau yg bisa buatku merasa bahagia dlm sepi hari-hariku.. Apakah kau merasakannya dan memendam rasa yg sama dgn aku rasakan…

Ku menangis tertahan meratapi kau tak lagi kau tak lagi bersamaku… Ku teriris terdiam berharap kebahagian yg pernh ada datang kembali…

Sayang mungkinkah kau akan mau menunggu aku tuk menjemput cinta yg pernah ada di hatimu karena ku rapuh tanpa hadirmu di sisiku…

Ku menangis tertahan karne kau tak lagi besamaku.. Ku teriris terdiam berharap kebahagiaan datang…

Malam Tanpa Bintang

Aku memang begitu mencintaimu hingga aku tak mampu jauh, disetiap hembusan nafas ini kau mash tetap yg terindah.

Sungguh indah bersamamu mesikipun kau tak mencintaiku, tapi ku tetap mencintaimu hingga sampai kapanpun ku tetap cintaimu.

Mungkin cinta yg membuat ku bertahan, kisahkan langit malam tanpa bintang, malam yg sunyi tanpa ada bayangmu.

Karena cintaku padamu enggan hati tuk lepaskan segala rasa ini untukmu meski tanpa ada balasmu.

Mungkin cinta ini yg membuat ku tetap bertahan tuk sellu menyayangimu tanpa ada balasmu tp ku tetap menyayangimu.

>Tanpa Arah

>Saat aku terdampar dalam dunia ini, tersesat berjalan tanpa arah dan tak tau kemana, tak ad yg menolongku.

Jujur ku akui aku begitu mencintaimu hingga akhir nafas ini kau tetap yg terbaik yg ter indah dlm hidupku.

Mungkin cinta menjadi tak seindah yg ku harapkan krn kau tak mencintaiku, mungkin krn cintaku padamu hingga aku trus bertahan meski tanpa balasmu.

Mungkin karna cintaku membuat aku bertahan meski tanpa kerlip bintang di stiap malamku, tanpa ada bayang senyumanmu.

Dengarlah aku hanya lelaki biasa yg tak mungkin dapat memiliki hatimu yg selembut salju, sebening embun dan seharum aroma mawar.

Aku hanya mampu berharap bisa miliki hatimu tp semuanya hanya sebatas angan yg semu krn ku tak dapat menggapai dirimu meski sekedar bayangmu.

Dengarlah wahai pujaan hatiku.. Ku begitu sangat mencintaimu, ku sangat mencintaimu meski cuma fotomu yg mampu ku pandangi.

Pagiku Sedingin Embun

>Munkinkah esok ku dapat menghirup udara pagi yang dingin berselimut kabut bergelimang embun.

Munkinkah esok ku dapat melihat mentari pagi yang berwarna kuning jingga keemasan di ufuk timur.

Sebab badan ini menanggung lara yg tak bertabib, menanggung duka yg tak berujung dalam gamang.

Dipagi ini aku hanya diam tertegun tanpa kata, tertegur memandang keindahan ciptaan ilahi robbi.

Ketika kasih Cinta tak lagi mampu membasahi relung hati yg gersang penuh debu oleh kemarau duka yg membuat lara.

Ketika tubuh yg kurus ini tak dapat lagi berjalan dalam badai luka, diri ini mencari tempat untuk berteduh.

Hanya alam yg menemaniku berbicara pada hujan, hanya alam yg mampu membuat aku bertahan dalam pahit kehidupan.

Ku menunggu di persimpangan jalan, menanti putri yg mau menemaniku dan berbagi dalam suka dan duka.

Cinta Yang Semu

>Mungkin aku terlalu hina untuk dijadikan pendamping hidupmu… Mungkin aku tak layak untuk dijadikan pelabuhan hatimu.

Andai kau mengerti betapa hati ini begitu tersiksa bila kau ucapkan kata cinta, kata sayang kepada orang lain.

Apakah ini yang dikatakan aku cemburu… Kenapa dari bibir aku tak sanggup aku berucap aku cemburu.

Mungkinkah cinta ini hanya semu sesemu sikapmu trhadapku, sesemu dunia maya yang menghantarkan kita tuk bertemu.

Betapa bodohnya aku yang hanya memendam rindu dan cemburu, betapa tololnya aku yang tak berkata jujur lalu bilang I LOVE YOU.

Ku biarkan cinta ini menjadi bebanku.. Ku biarkan rasa ini selalu memebelenggu di dalam hati yang s’llu mencintaimu.

Mustahil bagiku tuk ucapkan kata itu sedangkan menyentuh bayangmu saja aku tak mampu, karna mencintaimu adalah tak pasti.

Pelabuhan Rapuh

>Entah knp jika aq blm bisa menerima tkdir yg KAU guratkan… blm sanggup tuk jalani KAU jikan kpdqu.

Entah knp qu sll menitikan airmata saat aq menghadapMU, berlutut mengharap ridhoMU, saat mengeluh kpdMU.

Entah knp diri ini sll merasa bagai pelabuhan rapuh.. sll tak menerima ap yg KAU berikan kpdqu.

Entah knp dlm hati sll bertanya apakah aq layak menghuni duniaMU yg penuh dgn berkah dan keindahan.

Aq yg terlelap sendiri dn tak sadarkan diri seìnga tak mengerti teguran yg KAU beri menjadi pematri hidup menjdi lbh berarti.

Di pelabuhan rapuh ini ku titipkan hidup yg bak sehari.. Di pelabuhn rapuh ini ku meminta apun atas dosa dosaku.

Qu serahkan hidupqu padaMU tuk tunjukan jalanqu dlm kegelapan yg slma ini yg tak terlampaui batas kemampuanqu.

TUHAN ampuni aq tunjukan arahmu yg kau ridhoi.. Mungkin selama ini aq telah ingkari kebesaranmu ya ROBBI.



Saat-Saat Terindah

>Saa kau hadir dalam hidupku begitu terasa indah dengan hanya memandang senyumu terasa hangat hariku dlm sepi sendiri.

Kini smua cintamu tlah pergi meninggalkan diriku dalam kehampaan, kesunyian yg tak mampu ku pikul sendiri.

Waktu trus berjalan tanpa henti memberi perih dihatiku, hanya rindu yg ku rasakan dalam hidupku bukan cinta sejatimu.

Saat-saat yg indah waktu bersamamu kini terkenang lagi, saat kita berdua dlm ikatan cinta kini teringat lagi
Kini baru ku sadari kau begitu berarti dlm hidupku, dalam mengisi hari-hariku yg sunyi dlm kesendirian yg sepi.

Hanya ku pandangi langit malam pandangi bintang, merenenung, mencari bayang wajahmu saat ku rindukan kamu.

Hanya penyesalan yg ku dapat dari ketidak berdayaan hati ini, kecacatan tubuh ini, bertanya dlm hati kenapa kau meninggalkan aku dlm sunyi sepi.

Hanya Aku Sendiri

Sadar akan semua yg membuat aku gelisah. Takut akan kehilangan dirimu dari sisiku.

Terpuruk dari kesendirian, termenung dlm sepi membuat aku mengerti begitu berartinya dirimu bagi ku.

Entah sampai kapan aku bisa menahan gejolak yg begtu menghimpit dada, perasaan takut akan kehilangan akan dirimu.

Pikiran aku selalu melayang jauh keawang, jauh mengelana tanpa arah dn tujuan tanpa hadirnya dirimu disisiku.

Mungkin rasa cinta ini sudah menjadi candu yg tak bisa terobati, mungkin sayang ini sudah mendarah daging di diri ini.

Sayang…. Sungguh aku begtu sayang akan dirimu.Cinta…. Sungguh aku sangat mencintaimu hingga aku lupa akan kodrat aku.

Tanda-Tanda Sakit Hati Dan Mengembalikannya Agar Sehat Kembali


Setiap anggota badan manusia diperuntukkan untuk tugas yang khusus. Adapun tanda sakitnya ialah ketidakmampuannya melaksanakan tugas itu, atau tugas itu bisa dilaksanakan dalam keadaan kacau. Tangan yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya memegang. Mata yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melihat. Hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melaksanakan tugas khusus yang karenanya ia diciptakan, yaitu ilmu, hikmah, ma'rifat, mencintai Allahdan beribadah kepada-Nya serta mementingkan semua ini daripada setiap bisikan nafsu.
Orang yang mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui Allah, seakan-akan dia tidak mengetahui sesuatu pun.
Tanda ma'rifat adalah cinta. Siapa yang mengetahui Allah tentu mencintai-Nya. Adapun tanda cinta adalah tidak mementingkan sesuatu dari sekian banyak hal-hal yang dicintainya daripada Allah. Siapa yang lebih mementingkan sesuatu yang dicintainya daripada cintanya kepada Allah, berarti hatinya sakit, sebagaimana perut yang yang lebih suka memakan tanah daripada roti, maka perutnya tidak beres alias sakit.
Penyakit hati ini tersembunyi. Boleh jadi pemiliknya tidak tahu, karena itu dia mengabaikannya. Kalau pun tahu, mungkin dia tidak sabar menanggung pahitnya obat, karena obatnya adalah menentang nafsu. Kalaupun dia sabar, belum tentu dia mendapatkan dokter yang bisa mengobatinya. Dokter di sini adalah para ulama. Sementara penyakit pun sudah menjangkiti mereka. Dokter yang sakit jarang yang mau mengobati orang lain yang sakit, sehingga penyakit menjadi menyebar kemana-mana dan ilmu pun hilang, obat hati dan penyakit hati sama-sama dibiarkan, manusia hanya sekedar melakukan ibadah-ibadah zhahir, sedangkan di dalam batinnya hanya sekedar tradisi. Inilah yang disebut tanda sumber penyakit.
Untuk mengetahui keadaan agar segar kembali setelah berusaha melakukan pengobatan ialah dengan melihat jenis penyakitnya. Pengobatan penyakit kikir ialah dengan mengeluarkan harta, tapi tidak perlu berlebih-lebihan dan boros. Penyakit lain dengan pengobatannya sendiri-sendiri, seperti panas dengan dingin agar tidak semakin panas dan tidak menjadi terlalu dingin, agar tidak menjadi penyakit baru. Yang dituntut adalah jalan tengah.
Jika engkau ingin melihat jalan tengah ini, lihatlah kepada dirimu sendiri. Jika menumpuk harta dan mempertahankannya lebih engkau sukai dan lebih mudah daripada mengeluarkannya sekalipun kepada orang yang berhak, maka ketahuilah bahwa yang ada pada dirimu adalah sifat kikir. Maka obatilah jiwamu dengan mengeluarkan harta itu. Jika mengeluarkan harta itu kepada orang, yang lebih engkau sukai, maka tahanlah sedikit harta itu, karena yang ada pada dirimu adalah pemborosan. Janganlah engkau lebih condong untuk mengeluarkan harta atau menahannya. Buatlah harta itu mengalir seperti air di sisimu. Engkau tidak menuntut air itu untuk berhenti bukan untuk suatu keperluan, atau mengalirkannya secara deras untuk orang yang memerlukannya. Setiap hari yang bisa seperti itu akan mendatangi Allah dalam keadaan selamat.
Seseorang harus terbebas dari segala akhlak (jelek), agar dia tidak mempunyai hubungan dengan sesuatu pun dari keduniaan, agar jiwa dapat meninggalkan dunia dalam keadaan memutuskan hubungan dengannya, tidak menoleh kepadanya dan tidak mengharapkannya. Pada saat itu dia akan kembali kepada Rabb-nya sebagaimana kembalinya jiwa yang muthma'inah.
Karena jalan tengah yang hakiki antara dua sisi itu cukup sulit dideteksi, bahkan lebih lembut daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang, maka tidak aneh siapa yang bisa melewati jalan yang lurus ini di dunia, tentu akan bisa melewati jalan ini pula di akherat. Karena sulitnya istiqomah, maka hamba diperintahkan membaca, "Ihdinash-shirathal-mustaqim" beberapa kali setiap hari. Siapa yang tidak sanggup istiqamah, hendaklah dia berusaha mendekati istiqamah, karena keselamatan itu hanya dengan amal shalih. Sementara itu, amal yang shalih tidak keluar kecuali dari akhlak yang baik. Maka hendaklah setiap hamba mencari sifat dan akhlaknya sendiri, hendaklah mengobati satu persatu dan hendaklah bersabar dalam masalah ini (karena dia akan mendapatkan keadaan yang enak seperti halnya anak kecil yang tadinya enggan disapih, tapi lama-kelamaan dia merasa enaknya di sapih. Bahkan andaikan dia ditawari untuk menyusu lagi, tentu dia akan menolaknya). Siapa yang menyadari umur yang pendek jika dibanding dengan kehidupan akherat yang panjang, maka dia akan berani menanggung beratnya perjalanan selama beberapa hari, untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi.
Ketahuilah bahwa bila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka dia membuatnya tahu aib dirinya. Siapa yang mempunyai mata hati, dia tidak akan takut terhadap aib dirinya. Jika dia tahu aib dirinya, memungkinkan baginya untuk mengobatinya. Tetapi mayoritas manusia tidak mau tahu aib dirinya sendiri. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Kotoran di mata temannya tampak, batang pohon di depan matanya tidak tampak.
Siapa yang ingin mengetahui aib diri sendiri, maka ada empat jalan yang bisa ditempuh:
1. Menghadap seorang syaikh yang bisa mengetahui aib jiwa, sehingga dia bisa mengenali aibnya dan sekaligus mengobatinya.
Yang seperti ini seringkali terjadi, dan cukup banyak dokter yang menanganinya.
2. Mencari teman karib yang jujur, dapat dipercaya dan bagus agamanya. Dia bisa menjadikan teman karib itu sebagai pendampingnya, agar memberinya peringatan dari akhlak atau perbuatannya yang kurang baik. Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah berkata, "Semoga Allah merahmati seseorang yang mau menunjukkan aib kami kepada kami."
Suatu kali dia bertanya kepada Salman tentang aib yang pernah dilakukannya. Maka Salman menjawab, "Aku mendengar engkau pernah mengumpulkan dua jenis sayur di meja makanmu dan engkau mengenakan dua macam pakaian, satu untuk siang hari dan satu lagi untuk malam hari."
Umar berkata, "Apakah ada selain itu?" "Tidak", jawab Salman. "Kalau dua hal itu aku sudah tidak melakukannya lagi," jawab Umar bin Al-Khaththab. Umar juga pernah bertanya kepada Hudzaifah, "Apakah aku termasuk orang-orang munafik?" dia perlu bertanya seperti itu, sebab siapa yang kedudukannya semakin tinggi, maka tuduhan terhadap dirinya juga semakin gencar. Hanya saja di zaman sekarang jarang ada teman karib yang jujur dengan memiliki sifat seperti ini. Sedikit sekali teman yang tidak mencari muka atau tidak dengki.
Orang-orang salaf sangat suka jika ada seseorang yang menunjukkan aib mereka. Sementara kita pada zaman sekarang justru marah besar jika ada seseorang yang menunjukkan aib kita. Hal ini menunjukkan lemahnya iman. Sebab akhlak yang buruk itu seperti kalajengking. Jika ada seseorang yang memperingatkan bahwa ada di dalam baju salah seorang di antara kita ada kalajengking, maka secepat itu pula kita kan bertindak untuk membunuh kalajengking tersebut. Sementara akhlak yang hina lebih berbahaya dari kalajengking, bagi orang yang tidak menyadarinya.
3. Mengambil manfaat tentang aib dirinya dari penuturan musuhnya. Sebab mata yang penuh kebencian itu tentu akan memancarkan keburukan. Manfaat yang bisa diambil seseorang dari musuh, bisa mengingatkan aib dirinya. Hal ini lebih bermanfaat baginya daripada teman karib yang mencari muka dan menutup aibnya.
4. Bergaul dengan manusia. Selagi dia melihat sesuatu yang tercela pada diri mereka, maka dia segera menjauhinya.

Basil Greg - Sepik Meri (Papua New Guinea Music)

Minggu, 17 Juni 2012

Tafsir Surat al-’Ankabuut: 1-7 (Jangan Hanya Sekedar Mengklaim Beriman)

Banyak manusia yang mengklaim dirinya telah beriman tetapi pada kenyataannya ia jauh dari disebut sebagai orang beriman. Apakah klaim seperti itu sudah cukup? Apa rahasia di balik adanya ujian bagi umat manusia? Silahkan ikuti selanjutnya!

Alif laaf miim,[1]. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?[2]. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,[3]. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami ? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu,[4]. Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang.Dan Dia-lah yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui,[5]. Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta,[6]. Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan,[7]

MAKNA GLOBAL AYAT

Alif Laam Miim, hanya Allah yang Maha mengetahui maksudnya. Demikianlah pendapat Salaf mengenai huruf-huruf seperti ini, yaitu menyerahkan ilmunya hanya kepada Dzat Yang menurunkannya (Allah SWT).

Firman-Nya, (Apakah manusia itu mengira* bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’), yakni mereka hanya cukup mengatakan seperti itu. (sedang mereka tidak diuji lagi? ) ; bahkan seharusnya diuji dengan beban-beban syari’at yang berat seperti hijrah, jihad, shalat, puasa, zakat, meninggalkan syahwat dan sabar terhadap derita. Sekali pun ayat ini diturunkan secara khusus kepada orang seperti ‘Ammar bin Yasir, Bilal dan ‘Iyasy, namun ia bersifat umum sebab yang menjadi tolok ukurnya adalah makna umum lafazhnya bukan kekhususan pada sebab terjadinya. Dalam ayat ini, lafazhnya bersifat umum, sebab bila huruf “al” dirangkai dengan (ditambahkan pada) ism al-Jins (kata benda yang menunjukkan jenis sesuatu, yakni: kata Naas) maka maknanya mencakup semua elemen-elemennya alias siapa saja jenis/golongan manusianya.

Firman-Nya, (Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang** sebelum mereka); yakni dari umat-umat terdahulu. Dengan begitu, maka ini merupakan sunnah yang akan terus terjadi pada umat manusia, dan tidak seorang pun yang terhindar darinya.

Firman-Nya, (Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar): dalam keimanan mereka. Yakni, Allah menampakkan hal itu*** dan memberitahukan perihalnya secara terbuka (dipersaksikan) setelah Dia mengetahuinya sebelum membuatnya ada (menciptakannya ke alam nyata) di mana Dia menakdirkan hal itu dan mencatat kadar segala sesuatu, yaitu dengan cara mengembankan beban syari’at kepada mereka, untuk selanjutnya mereka jalankan apa yang diembankan kepada mereka tersebut, baik berupa Af’aal (perbuatan-perbuatan) atau Turuuk (larangan-larangan, pantangan) yang sulit-sulit. Sebab, hijrah, jihad dan zakat adalah Af’aal sementara meninggalkan riba, zina dan khamar adalah Turuuk.

Firman-Nya, (Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta) ; di mana mereka mengaku beriman namun ketika diuji dengan beban-beban syari’at tersebut, nyatanya mereka tidak melakukannya sehingga tampaklah ketikdaktulusan mereka. Sungguh klaim bahwa mereka itu beriman adalah dusta belaka.

Firman-Nya, (Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? )****; kata Hasiba maknanya Zhanna (kedua-duanya bermakna: mengira, menyangka).

Firman-Nya, (Orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu); yaitu berupa kesyirikan dan perbuatan-perbuatan maksiat.

Firman-Nya, (Bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? ); yakni luput dari Kami lalu Kami tidak menimpakan azab terhadap mereka.?

Firman-Nya, (Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu); yakni terhadap diri mereka sendiri. Buruknya ketetapan mereka itu karena ia mengandung kerusakan sebab mereka melakukan itu berdasarkan perkiraan/persangkaan mereka bahwa Allah Ta’ala tidak mampu memberikan sanksi hukum apa-apa terhadap mereka padaha Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mereka juga mengira bahwa Dia tidak mengetahui perbuatan mereka padahal Dia atas segala sesuatu Maha Mengetahui.

Firman-Nya, (Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang); yakni yang mengharap pertemuan dengan Allah. Artinya, beriman dan menjadi cita-citanya pertemuan dengan Allah. Hal ini terjadi pada hari Kiamat kelak, karena itu hendaklah ia mengetahui bahwa waktu yang dijanjikan Allah itu pasti akan datang. Dan untuk itu pula, hendaklah ia bersiap-siap menyongsong pertemuan dengan-Nya dengan melakukan hal yang selaras dengan itu, yaitu beriman dan beramal shalih setelah menghindarkan diri dari syirik dan amalan yang rusak. Dari sini, klaim seseorang bahwa ia berharap pertemuan dengan Rabbnya sekali pun belum beramal shalih, ia akan tetap diberi pahala adalah klaim yang tidak benar. Allah Ta’ala berfirman mengenai hal ini di dalam surat al-Kahf, “Barangsiapa mengharap pertemuan***** dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”

Firman-Nya, (Dan Dia-lah yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui); yakni Dia Ta’ala Maha Mendengar semua ucapan para Hamba-Nya, Maha Mengetahui niat-niat dan perbuatan-perbuatan mereka. Klaim iman dari seorang hamba baik secara zhahir maupun bathin, tidak ada artinya selama ia tidak membuktikannya, yaitu dengan iman dan jihad terhadap musuh****** secara zhahir dan bathin.

Firman-Nya, (Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri); yakni manfa’at ibadah ini akan kembali kepada si hamba itu sendiri sedangkan Allah tidak membutuhkan secara mutlak akan perbuatan hamba-Nya. Inilah yang ditunjukkan ayat, (Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta); yakni para malaikat, manusia, jin dan seluruh makhluk sebab semua yang selain Allah adalah alam semesta.

Firman-Nya, (Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka); ini merupakan janji dari Allah Ta’ala kepada siapa saja hamba-Nya yang beriman. Hal ini karena keimanan dan amal shalihnya baik berupa perbuatan atau pun larangan/pantangan di mana Dia Ta’ala menghapuskan dosa-dosanya yang dulu diamalkannya sebelum Islam dan sesudahnya. Pengertian “Dia menghapuskan dari mereka dosa-dosa mereka” adalah Dia menutupinya dan tidak menuntut mereka dengan hal itu (dosa-dosa itu) seakan mereka tidak pernah melakukannya.

Firman-Nya, (Dan benar-benar akan Kami beri mereka); yakni atas amal-amal shalih mereka.

Firman-Nya, (Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan); yakni dengan sebaik-baik amalan yang pernah mereka lakukan sehingga menjadi berlipat-lipat ganda besarnya. Ini semua itu berkat kemuliaan-Nya atas para hamba-Nya yang shalih agar Dia membalas kebaikan itu dengan beratus-ratus lipat ganda.

Kebodohan Merusak Kebersamaan Sunnah Rasulullah

Orang-orang yang cerdas & berilmu niscaya mengetahui betapa pentingnya kebersamaan. Sehingga mereka benar-benar menjaga kebersamaan dlm jamaah kaum muslimin & penguasa (pemerintah)-nya. Adapun orang-orang yang bodoh, sama sekali tak mengerti betapa pentingnya kehidupan berjamaah dgn satu penguasa. Bahkan mereka tak mengerti mana yang lebih banyak antara satu & sepuluh. Yakni, mana yang lebih besar antara korupsi, kolusi, atau nepotisme (KKN) dgn pertumpahan darah kaum muslimin dlm perang saudara.
Seorang yang berilmu mengetahui bahwa dgn mengikuti bimbingan Sunnah Rasulullah n berikut penerapannya yang dicontohkan salafus shalih, pasti kaum muslimin akan terbimbing ke jalan yang terbaik. Maka, ia akan menghadapi penguasa yang dzalim dgn petunjuk & bimbingan dari Nabi n. Sedangkan orang-orang yang bodoh berjalan bersama emosi & hawa nafsunya, tanpa meminta bimbingan Rasulullah n. Mereka merasa lebih pandai & lebih cerdas dari para nabi & para ulama yang merupakan para pewarisnya. Merekalah kaum reaksioner Khawarij, yang selalu menyebabkan petaka & bencana di setiap zaman. Mereka tak memperbaiki keadaan –seperti pengakuan mereka– tetapi justru menghancurkan kebersamaan.
Banyak tulisan-tulisan mereka yang sampai kepada tangan penulis, dlm bentuk surat, selebaran, ataupun makalah-makalah. Hampir seluruhnya berisi “dalil-dalil” & “bukti-bukti” tentang kafirnya penguasa, yang kemudian berujung menghalalkan darah mereka. Tentu saja dgn nama samaran, alamat palsu, & penerbit yang tak jelas. Namun seperti CD yang diputar ulang, isinya tetap sama seperti ucapan Khawarij yang pertama: “Siapa yang tak berhukum dgn hukum Allah maka ia kafir.”
Tentu saja jawaban kita Ahlus Sunnah seperti jawaban Ali bin Abi Thalib z & para sahabat yang lain: “Kalimat yang haq, namun yang dimaukan adalah kebatilan.” Yakni, ayat-ayat & hadits-hadits dlm tulisan mereka adalah kalimat-kalimat yang haq & kita tak membantahnya. Namun, apa yang dimaukan dengannya?
Diriwayatkan dari ‘Ubaid bin Rafi’ bahwa ketika kaum Khawarij mengatakan “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah”, Ali z pun berkata: “Kalimat yang haq, namun yang mereka maukan adalah kebatilan. Sungguh Rasulullah n telah menggambarkan kepada kami suatu kaum, maka kamipun telah mengenalinya. Yaitu sekelompok orang yang berbicara kebenaran, namun tak melewati ini –sambil mengisyaratkan ke tenggorokannya–. Mereka adalah makhluk-makhluk yang paling dibenci Allah l….” (HR. Muslim, Kitabuz Zakah juz 7 hal. 173)
Kalau saja mereka menulis dalil-dalil tersebut dlm rangka memperingatkan & mengancam, maka kamipun sepakat. Karena Al-Imam Ahmad t menyatakan dlm masalah wa’id (ancaman): “Biarkanlah ancaman seperti apa adanya, agar manusia menjadi takut.” Namun ketika men-ta’yin (menentukan si Fulan atau si Allan) kafir, tentu kita harus merincinya. Karena pada dalil-dalil itu bisa jadi yang dimaksud kufur ashghar (kafir kecil) atau kufur akbar (kafir besar), kafir amali atau kafir i’tiqadi, & lain-lain. Namun yang kita bahas kali ini adalah kebodohan mereka dlm penerapan dalil-dalil tersebut serta akibat dari kebodohan mereka.
Adapun kebodohannya, sangat jelas sekali. Karena mereka menerapkan dalil-dalil kepada orang-orang yang masih shalat, berpuasa, mengeluarkan zakat & pergi haji. Bukankah di antara hukum Allah l yang mendasar adalah ibadah tersebut? Berarti mereka –paling tidak– masih berhukum dgn hukum Allah l dlm perkara-perkara yang sangat penting tersebut, yang merupakan dasar-dasar keislaman. Oleh karena itulah, Rasulullah n melarang kita utk memerangi penguasa yang masih shalat.